Resensi
Lima Cerpen Sapardi Djoko Darmono
Lima Cerpen Sapardi Djoko Darmono
Sapardi Djoko Darmono lahir di Solo, 20 Maret 1940. Beliau terkenal
sebagai penulis puisi, novel, essai, dan cerita pendek. Beberapa kumpulan cerita
pendek beliau diterbitkan. Buku pertama ialah kumpulan cerpen dengan Judul
Sepatu Tua, dan kemudian dilanjut dengan terbitnya kumpulan cerpen berjudul
Menghardik Gerimis. Beliau juga dikenal sebagai penyair yang karya-karya
puisinya banyak dilagukan oleh pasangan Reda Gaudiamo dan Ary Malibu.
Pada cerpen ini, terdapat 5 judul cerita, yaitu Wartawan Itu Menunggu
Pengadilan Terakhir, Dalam Tugas, Naik Ka-Er-El, Naik
Garuda, dan Meditasi Sunan Kalijaga. Saya akan membahas satu per
satu secara singkat.
Ringkasan:
Wartawan
Itu Menunggu Pengadilan Terakhir, cerpen dengan latar
mengisahkan seorang wartawan yang meninggal ketabrak angkot ketika sedang naik
motor melaju ke sebuah rumah sakit untuk bezuk seorang rekan yang koma. Ketika sudah
meninggal, ia bertemu malaikat. Tak hanya itu, ia ternyata masih seperti ketika
ia yang masih hidup. Ia berkata pada malaikat ingin bertemu kakeknya. Ia menyiapkan
beberapa pertanyaan jika bertemu dengan kakeknya, sama seperti ia masih hidup,
yang hobi mewawancarai seseorang.
Selanjutnya,
Dalam Tugas. Cerpen ini mengisahkan
seorang wartawan yang ditugaskan meliput berita peperangan di negara lain. Ia berada
di pihak yang menang, sehingga ia aman. Sesuai dengan tugasnya, ia melihat dan memotret
kejadian disana. Ia melihat seseorang yang berpakaian kumal dan menggunakan
caping diatas kepalanya. Menurutnya, orang itu ialah petani. Petani itu
ditembak hingga tewas didepan matanya. Kejadian itu sangat mengenaskan dan
mencekam. Sebagai seorang wartawan, ia merasa tegang tapi ia harus tetap
menjalankan tugasnya.
Naik Ka-Er-El,
mengisahkan tentang lelaki yang semasa hidupnya ia gunakan untuk bekerja. Selama
ia bekerja di sebuah majalah berita yang masih berkantor di Senen, ia selalu
menaiki angkot setiap harinya. Kepalanya selalu terkena pintu angkot hingga
benjol. Oleh karena itu, orang-orang di kantornya menyarankan untuk naik kereta
Ka-Er-El. Kejadian yang aneh pun terjadi ketika sepulangnya naik kereta. Ia
pincang, ternyata kaki kanan dan kaki kirinya tidak sama panjang. Ia tak
menyadari hal tersebut, justru sang anak yang menyadarinya. Kaki kiri itu bukan
kakinya, hal ini disebabkan orang-orang di kereta sangat berdesakan keluar dari
kereta hingga ia tidak menyadari kakinya tertukar.
Cerpen selanjutnya berjudul Naik
Garuda. Cerpen ini mengisahkan seorang lelaki yang merasa khawatir dan
kapok. Lelaki itu khawatir jika terjadi kecelakaan. Ia juga merasa kapok karena
lelaki tua di sampingnya tidak lagi terdengar ngorok. Ketika Garudaku sudah
mendarat dan ketika ia berebut bangkit mengambil barang bawaan, lelaki tua itu
tetap tak beranjak dari tempat duduknya.
Meditasi Sunan Kalijaga,
mengisahkan tentang tokoh aku yang menonton pertunjukan drama “Meditasi Sunan
Kalijaga” dengan sahabatnya. Sepulang dari Jepang, sahabatnya mengajaknya
menonton pertunjukan drama itu. Sahabatnya bisa meyakinkan bahwa pertunjukan
itu akan berjalan istimewa. Tokoh aku pun percara pada pakar drama tersebut.
Ketika berada di gedung pertunjukan, mereka dan penonton lainnya sangat
antusias menunggu. 30 menit berjalan, muncul seekor kucing yang berjalan
menyeberang panggung. Semua pandangan diarahkan kepadanya sampai kucing itu
hilang. Tak lama
berselang drama itu selesai, yang tidak diduga oleh penonton ialah pelaksana
acara meminta maaf karena kucing yang lewat tadi itu tidak sengaja di luar
rencana mereka tetapi mereka bangga karena tokoh pemeran Sunan Kalijaga tetap
fokus pada meditasinya tanpa terganggu adanya kucing.
Komentar:
Kelebihan kelima cerpen
itu ialah ceritanya yang unik dan membuat pembacanya tidak terduga. Setiap
ceritanya disajikan dengan singkat dan memiliki isi yang menarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar