Sabtu, 28 Desember 2019

Resensi Naskah Drama “Sayang Ada Orang Lain” karya Utuy Tatang Sontani


Resensi Naskah Drama 
“Sayang Ada Orang Lain”
Karya: Utuy Tatang Sontani

Para Pelaku  
Hamid (Seorang lelaki berbadan gemuk)
Suminta (Suaminya Mini)
Mini (Istrinya Suminta)
Sum (Penjual perhiasan)
Haji Salim (Seorang lelaki tua berbadan kurus)
Perempuan tua
Laki-laki bermata serigala
Lelaki penjual minyak

Adegan I
DI RUMAH SUMINTA DI KOTA JAKARTA/DI RUANGAN TENGAH YANG SEMPIT DIALATI OLEH PERABOTAN YANG SERBA REYOD.
PAGI HARI NAMPAK SUASANA MURAM DAN SEPI SEOLAH-OLAH DI SANA TAK PERNAH ADA MAHLUK BERNYAWA.TIBA-TIBA MUNCUL DARI PINTU LUAR SEORANG LAKI-LAKI BERBADAN GEMUK SETELAH MELIHAT RUANGAN YANG KOSONG, IA MELONGOK LALU...

HAMID          : Minta!! Kau masih tidur dihari siang begini! (MUNCUL MINI ISTRINYA SUMINTA DENGAN BADAN DIBUNGKUS PAKAIAN BAGUS). Suminta ada?
MINI               : Ada, kak!kak!kak! ini ada Bung Hamid.
               (SUMINTA MUNCUL DENGAN KAOS DAN SARUNG)
HAMID          : Loh, aneh! istrinya perlente suaminya kayak gembel.
SUMINTA      : Dia mau pergi, ada urusan.
HAMID          : Dan kau tunggu rumah? Mengapa tidak sama-sama liburan? Kan ini hari                                             minggu
SUMINTA      : Bagiku hari minggu malah lebih memusingkan dari hari-hari kerja. Uang tak ada, pergi keluar malah banyak penglihatan yang mengerikan, diam di rumah malah banyak orang yang menagih.
HAMID          : Engkau sih pesimis terus,untung kau tidak ya Mini?
MINI               : Perempuan jangan disamakan dengan laki-laki Bung Hamid, tapi duduklah meskipun tak ada yang di suguhkan. Aku akan pergi, bukan karna ada tamu, tapi dari tadi juga aku mau pergi. (LALU MINI MENDEKAT PADA SUMINTA SAMBIL MEN7CIUM DAHINYA SUMINTA). Aku pergi aku pergi ya kak.
HAMID          : Aduh kalian seperti yang baru saja kawin.
MINI               : Bagi kami lima tahun kawin seperti baru lima hari kawin (SAMBIL TERUS JALAN KELUAR)
HAMID          : Beruntung, sungguh kau beruntung beristrikan dia, tapi anehnya kau selalu kelihatan lesu saja seperti bagimu langit ini akan ambruk menimpa kepala.
SUMINTA      : Bagaimana takkan lesu kalau gaji tidak cukup (SUARANYA MENGELUH) coba pikir, gaji buruh sekarang sudah lagi tidak seimbang dengan harga-harga kebutuhan dengan yang kuterima sekarang sesungguhnya kami hanya bisa hidup untuk sepuluh hari saja, dan yang dua puluh hari lagi mesti ditutup dengan meminjam, menghutang, menggadaikan, kalau perlu menjual barang yang sudah ada dan keadaan ini sudah berbulan-bulan, kian lama hutang itu bukan semakin sedikit. Aku takut akhir-akhirnya aku bekerja bukan buat istriku lagi, tapi semata-mata untuk mereka yang menghutangkan.
HAMID          : Salahmu juga sih. Kan aku sudah beberapa kali menganjurkan supaya kau mengubah cara berfikir.coba kau berfikir ril,berfikir secara dialektis.
SUMINTA          : Kau kira aku pesimis gara-gara gajiku tidak cukup? Tidak!  itu tidak benar lantaran gaji tidak cukup, aku mesti berusaha menggunakan segala kesempatan,supaya kau bisa membangun rumah tangga yang kuat. Supaya sudah mempunyai rumah tangga yang kuat pikiran jadi sehat, tidak diganggu oleh kekurangan, lantas? memangnya aku harus korupsi untuk menutupi kekurangan sekarang? mesti melakukan perbuatan curang?
HAMID          : Siapa yang menganjurkan korupsi? aku tidak menganjurkan korupsi. Tapi aku menganjurkan supaya kau berfikir secara dialektis. Dengan berfikir demikian kau tidak akan melihat, bahwa sesuatu untuk merubah keadaan itu tidak salah atau benar, tapi kau akan menganggap bahwa perbuatan itu suatu kemestian untuk hidup tidak kekurangan,supaya pikiran-pikiran jahat tidak timbul. mengerti kan? tapi sudahlah! kedatanganku kesini sebenarnya ada perlu, aku mau pinjam raket badmintonmu.
SUMINTA      : Mana ada.
HAMID          : Kemana?!
SUMINTA      : Sudah kujual! kujual untuk menutupi kekurangan.
HAMID          : (TERTAWA) Sudah sampai kesana? bagaimana kalau nanti tinggal baju, kaos , sarung yang kau pakai sekarang ? Ah, minta! kau jangan terus diam saja, memangnya kau mau menunggu datangnya tuhan dari langit?
SUMINTA      : Aku belum tahu apa yang mesti aku lakukan.
HAMID          : Kalau kau belum tahu apa yang mesti kau lakukan, mengapa tidak istrimu yang melakukan? dia mempunyai hak yang sama seperti kau. Tapi sudahlah, kalau kau sudah tidak lagi mempunyai raket badminton, aku akan mencarinya di tempat lain.(PERGI KELUAR. DAN SUMINTA PUN MASUK KE KAMAR)

Adegan II

T.MINYAK    : ( DARI LUAR ) Asalamualaikum !!
SUMINTA      : Salam (IA KELUAR DARI KAMARNYA, LALU MEMBUKA PINTU)
T.MINYAK    : Saya tukang minyak.
SUMINTA      : Oh, mau menagih uang minyak ya? istriku tidak ada.nanti saja datang lagi ya.
T.MINYAK    : (CUKUP DENGAN MENGHELA NAFAS LALU IA PERGI )
SUMINTA      : (LALU IAPUN MASUK KEKAMAR LAGI)
SUM               : Mini ! MINI! ( YANG DATANG DENGAN DIHIASI PERHIASAN).
SUMINTA      : Siapa ?( IA KELUAR ) oh,engkau sum, Istriku tidak ada.
SUM               : Kemana ?
SUMINTA      : Katanya sih mau mendatangi kawannya , ada apa sih sum ?.
SUM               : ( LALU IA MEMPERLIHATKAN PENITI BROSNYA ) belum lama istrimu mengatakan ingin memiliki brosku ini. Waktu itu aku tidak mau kasih. Tapi sekarang boleh saja, sebab aku sudah ada gantinya.
SUMINTA      : Maksudmu istriku mau membelinya?
SUM               : Ya!
SUMINTA      : Mana ada uang ?
SUM               : Uangnya tidak usah sekarang.habis bulan juga boleh.
SUMINTA      : Sama saja sum, bros ini dibayar, tapi hutang ke toko tidak dibayar, itu kan berabe.
SUM               : Bros ini cuman dua puluh rupiah minta, masa untuk hiasan istrimu seharga duapuluh rupiah saja mesti kau pikr sulit !
SUMINTA      : Jangankan bros ini Sum,semua barang perhiasan di toko mau kujadikan perhiasan istriku.Tapi kau tahu, gaji pegawai sekarang cukup untuk apa ?
SUM               : Bicara tentang gaji ,siapa yang mengatakan tidak kurang, kalau segala digantungkan pada gaji mana bisa suamiku membelikan barang-barang perhiasan semacam ini, tapi suamiku sering mendapatkan penghasilan ekstra.
SUMINTA      : Penghasilan ekstra bagaimana ?
SUM               : Suamiku kan mengurus uang pemulihan pegawai. Nah dari para pegawai yang menerima uang pemulihan itu dia sering menerima persenan sebagai tanda terima kasih mereka lantaran sudah ditolong diuruskan
SUMINTA      : Ya, aku mengerti. Suamimu mengurus uang pemulihan. Kepada mereka yang menerima uang pemulihan itu dia tentu mengatakan: tidak bisa lekas diterima, sebab ada ini dan itu. Dan orang-orang yang butuh uang itu lalu menjanjikan akan mengasih persen, asal bisa lekas diterima. Padahal mengasih persen itu tidak mesti. Toh itu sudah menjadi kewajiban atau tugas suamimu.Tahu kau bahwa dalam hal itu suamimu menjalankan korupsi ?
SUM               : Itu bukan korupsi, Minta!! Kalau seorang kondektur kereta api menerima uang dari penumpang dengan tidak memberikan karcis, itu betul korupsi.
SUMINTA      : Ya, tapi bagaimanapun juga bagiku masih jadi pertanyaan apakah di dunia sekarang ketidak jujuran itu dimestikan?
SUM               : Yang memestikan tidak ada, tapi dimana ada bukti yang menyatakan bahwa yang jujur itu makmur?!
SUMINTA      : Itu sih pendapatmu dan pendapatmu adalah satu kebenaran, tapi satu kebenaran di antara sekian banyaknya yang ada di dunia sekarang.Tapi, ya, tentang bros itu, kalau kau sudah ada pembicaraan dengan istriku kau lebih baik bicara lagi saja dengan dia.
SUM               : Kapan kira-kira dia datang ?
SUMINTA      : Nanti siang dia ada di rumah.
SUM               : Baik,nanti saja aku datang lagi.(LALU DIA PERGI KELUAR)
SUMINTA      : (KEMBALI MASUK KAMAR)

Adegan III

TIBA-TIBA MASUK DENGAN TERGOPOH-GOPOH SEORANG LELAKI TUA BERBADAN KURUS. DAN DENGAN TERGOPOH-GOPOH PULA IA MEMANGGIL.
H. SALIM      : Minta! Minta!
SUMINTA      : Ada apa mang Haji? (SERAYA TAMPIL MENGGOSOK-GOSOK   MATA)
H. SALIM      : Aku hampir-hampir tidak percaya pada mataku sendiri, Minta, demi Allah, aku hampir tidak percaya.
SUMINTA      : Ada apa sih?
H. SALIM      : Istrimu!
SUMINTA      : Mengapa? Celaka?
H. SALIM      : Bukan celaka, tadi isterimu bilang mau kemana?
SUMINTA      : Mau ke rumah kawannya. Mau pinjam duit.
H. SALIM      : Dan kau senang-senang, tidur yah?
SUMINTA      : Ada apa sih Mang Haji ?
H. SALIM      : Barusan kulihat dia naik mobil, minta. Dia naik mobil!
SUMINTA      : Naik mobil apa salahnya?
H. SALIM      : Ya, naik mobil tidak salah. Aku juga mau naik mobil. Tapi apa yang mau kau katakan, kalau di dalam mobil itu dia di ciumi laki-laki? Aku sampai gemetar melihatnya, Minta. Lihat! Tanganku masih gemetar (DAN IA MEMPERLIHATKAN TANGANNYA YANG GEMETAR). Aku hampir tidak percaya, Minta, demi Allah aku hampir tidak percaya, bahwa perempuan yang diciumi laki-laki bukan muhrim itu isterimu, isteri tetanggaku sendiri. Ya Allah ! mengapa Tuhan memberi aku cobaan seberat ini?
SUMINTA      : Betul Mang Haji?
H. SALIM      : Astagfirullah! Kau tidak percaya? Buat apa aku sembahyang tiap waktu? Kalau aku bicara dusta, kau kira aku ini si Hamid, tetangga kita yang sudah kufur itu? Coba kau tanyakan kepadanya tentang apa yang terjadi dengan isterimu tadi! Tentu dia mungkir tidak akan mengaku.
SUMINTA      : Hamid ? Apa dia melihat juga?
H. SALIM       : Bukan hanya melihat, Minta. Tapi dia ikut serta di dalam mobil, duduk di depan di samping supir.
SUMINTA      : Mana bisa jadi! Dia tadi dari sini, mau pinjam raket.
H. SALIM      : apa katamu? Dia tadi dari sini? Kapan dia datang di sini? Sewaktu isterimu masih di rumah?
SUMINTA      : Tepat pada waktu isteriku mau berangkat.
H. SALIM       : Setelah isterimu pergi, Si Hamid pun pergi?
SUMINTA      : Ya, dia pergi setelah dia tidak jadi pinjam raket.
H. SALIM      : Itu dia! Dasar manusia kufur! Tidak terfikir olehmu sekarang betapa jahatnya kawanmu itu! Aku memang sudah lama tidak percaya kepadanya, Minta coba kau fikir, Dimana-mana dia selalu mengejek orang yang percaya kepada Tuhan. Katakanlah dia menganut paham isme ini isme itu. Tapi bagiku, orang yang tidak mengakui adanya Tuhan itu adalah orang murtad, orang yang sudah bejad akhlak, bejad iman, bejad segala-galanya. Dan sekarang kebejadan akhlaknya itu digunakannya sebagai modal untuk menjual isteri orang.
SUMINTA      : Nanti dulu, Mang Haji. Kita jangan tergesa-gesa menuduh.
H. SALIM      : Apa yang menyebabkan jangan tergesa-gesa? Tapi ya, baik. Kita jangan menuduh Si Hamid. Kita belum tahu rol apa yang dia mainkan. Tapi tahu kau, Minta, apa hukumnya menurut agama, jika isterimu itu jinah?
SUMINTA      : Sudah Mang Haji, jangan dikatan sampai kesana pula. Kepala saya sudah sakit.
H. SALIM      : Lho, aneh! Maksudku datang di sini bukan untuk menyuruh kau sakit. Aku mengabarkan perbuatan dosa padamu. Kita tak usah membayangkan perbuatan isterimu itu lebih jauh. Kita lihat bukti saja. Dan aku tadi melihat bukti bahwa isterimu diciumi orang. Apakah dia tidak berdosa? Ibumu, Nenekmu, jangankan diciumi laki-laki bukan muhrim. Bertemu tangan saja sudah dianggap haram. (SUMINTA TERDIAM. DAN MELIHAT SUMINTA TERDIAM, HAJI YANG BERBADAN KURUS ITU TERUS MENYUSUL). Ya, ya, aku mengerti, Minta. Aku mengerti bahwa jaman sudah maju, bahwa sekarang sudah bukan dulu. Tapi agama tetap agama, aturan Tuhan tetap aturan Tuhan. Kalau kau menganggap bahwa isterimu yang diciumi orang lain tidak berdosa, kau ikut berdosa, kau jadi orang bejad akhlak juga, bejad akhlak seperti isterimu, seperti Si Hamid, seperti kebanyakan penduduk dunia sekarang.
SUMINTA      : Lantas apa yang mesti saya lakukan?
H. SALIM      : Sebagai suaminya kau mesti menghakimi dia. Kalau dia sudah mengaku atas kesalahannya, kalau dia sudah mengaku melakukan jinah, jangan kau ragu-ragu lagi : Jatuhkanlah hukumannya! Tahu kau hukuman apa yang mesti kau jatuhkan atas dosa jina? Lucuti dia! Lucuti sampai telanjang meninggalkan rumah, itulah hukumannya.
SUMINTA      : ( SEKALI LAGI MEMEGANG KEPALANYA ) Tidak menyangka ! sungguh tidak menyangka. Mang haji tahu, betapa besar cinta Mini kepada saya. Kalau bukan mang haji yang bukan menyampaikan kabar ini, saya tidak mungkin percaya.
H. SALIM      : Memangya kau mengira, bahawa cinta itu bisa dijadikan pegangan ? bukan, Minta apa arti cinta, kalau iman tidak ada, kalau agama tidak diacuhkan, Tuhan dibelakangi ? inilah buktinya ! kau bilang istrimu cinta kepadamu. Tapi istrimu tidak mengacuhkan agama, istrimu membelakngi Tuhan.Kejadianya ia berbuat jahat. Apa arti cinta disini ? dan kau Minta, jangan kau pula mengatakan, bahwa kau cinta kepada istrimu, dan karena cinta itu kau tidak berdaya menghukum dia.
                        ( SUMINTA TERDIAM LAGI ) ya, ya, ya aku mengerti kau bingung. Tapi ini adalah cobaan dari tuhan Minta. Atau kau akan jadi umat terkutuk karena membelakangi kepadanya, atau kau akan jadi umat yang mulia lantaran menghadap kepadanya. ( SUMINTA MENJATUHKAN BADAN DIATAS KURSI, LALU IA MERENUNG LALAI, DAN MELIHAT DEMIKIAN MANG HAJI PUN KELUAR ) nanti aku kesini Suminta.( SEKALI DUDUK SUMINTA TERUS SAJA MERENUNG, LALU IA MASUK KE KAMAR.TAPI TIDAK LAMA IA KELUAR LAGI DENGAN MEMAKAI PANTOLAN DAN KEMEJA, IA TERUS BERJALAN AKAN KELUAR, TAPI BARU SAJA DIAMBANG PINTU IA SUDAH BALIK LAGI. DAN TERUS MERENUNG LAGI IA BANGUN SETELAH DI LUAR ADA ORANG YANG MEMANGGIL ).

Adegan ke IV

PERM. TUA   : Asalamualaikum...
SUMINTA      : Ada apa ?
PERM. TUA   : Nyonya ada ?
SUMINTA      : Tidak ada.
PERM.TUA    : Katanya mau bayar hari ini. Didatangi hari ini tidak ada. Bagaimana sih? Putar-putar terus.
SUMINTA      : Lantas mau apa ? gajiku memang tidak cukup !
PERM. TUA   : Loh, tuan tak usah marah. Saya tidak perlu tahu cukup atau tidaknya gaji tuan. Hutang ya tinggal hutang. Dan tiap hutang mesti dibayar. Tidak cukup hanya dengan janji.
SUMINTA      : Tapi kau tidak perlu ngomel. Kalau tidak ada, ya tidak ada, memangnya aku perlu korupsi ?!
                        ( PEREMPUAN YANG MEMBAWA BAKUL ITU MELONGO, CEPAT-CEPAT SUMINTA MENUTUPKAN PINTU ). Terlalu, terlalu !..( SAMBIL MENGEPAL-GEPAL TANGN, IA TERUS MENGHELA NAFAS,IA DUDUK LAGI DAN TREUSMERENUNG LAGI KETIKA PINTU LUAR ADA YANG MEMBUKA IA LANGSUNG TEGAK, TAPI SETELAH DILIHATNYA YANG DATANG ADALAH MINI, DAN IAPUN DUDUK LAGI SAMBIL MERUNDUKAN KEPALA.
MINI               : Belum makan, ya kak ? ini saya membawa mie goreng ( DAN IA TERUS MENGAMBIL PIRING DARI DAPUR. SAMBIL MENARUH PIRING DIISI MIE GORENG DI ATAS MEJA) Tidak ada tamu tadi kak? Ohiya barusan di jalan saya bertemu dengan empok penjual sayur. Dia bilang kakak marah-marah. Saya bilang salahnya juga, sebab seorang suami tidak mesti tahu urusan dapur. Tapi sekarang sudah beres, sudah saya bayar barusan.
SUMINTA      : Bagus, kau dapat uang banyak ya?
MINI               : Empat puluh rupiah ka. Lumayan untuk belanja beberapa hari.
SUMINTA      : Dari mana kau dapat uang sebanyak itu? Empat puluh rupiah sama dengan gajihku dua hari kerja. Dan kau mendapatkannya beberapa jam saja.
MINI               : Saya pinjam.
SUMINTA      : Dari siapa?
MINI               : Dari Nyonya Kusman, kenalan lama.
SUMINTA      : Alangkah dia baik hati, suka meminjamkan uang, ingin aku berkenalan dengan dia.
MINI               : Biarlah lain kali kita bertamu di rumahnya. Tapi, mengapa mie itu tidak dimakan, kak? Dia nanti dingin.
SUMINTA      : Biarlah dia dingin. Aku tidak mengharapkan kau membawa mie. Aku mengharapkan kau membawa cerita yang terus terang.
MINI               : Ceritera yang terus terang?
SUMINTA      : Ya, ceritera yang terus terang, yang tidak putar-putar.
MINI               : Apa maksudmu?
SUMINTA      : Kau tidak tahu? Atau kau mau pura-pura tidak tahu? Mengapa kau mesti berputar-putar juga.
MINI               : Siapa yang berputar-putar kak?
SUMINTA      : (IA MELIRIK KEMBALI, IA KEMBALI MENUNDUKAN KEPALA LALU) Sebenarnya kau tadi dari mana?
MINI               : Dari nyonya Kusman. Habis, dari mana lagi?
SUMINTA      : Kau lebih baik terus terang saja, dengan berterus terang orang bisa mengurangi dosa.
MINI               :  Dosa ? Kau seperti hakim saja, kak?
SUMINTA      : Yang nyata dosamu sekarang tidak mau terus terang.
MINI               : Saya tidak mengerti kak. Mengapa kau tiba-tiba saja seolah-olah mencurigai?
SUMINTA      : Aku bukan mencurigai. Aku sudah punya saksi. Dan saksi itu seorang tua yang patut dipercaya. Tahu kau Haji Salim? Nah, itulah saksinya. Sekarang kau tinggal mengaku  saja.
MINI               : Apa yang mesti saya akui?
SUMINTA      : Kau belum mau mengaku juga?
MINI               : Ya, apa yang mesti saya akui itu?
SUMINTA      : Kau tidak mau mengaku juga?
MINI               : Apa, kak? Apa yang mesti saya akui?
SUMINTA      : Kau tidak mau mengaku, bahwa kau tadi naik mobil bersama seorang laki-laki dan Si Hamid? Kau tidak mau mengaku, bahwa di dalam mobil kau diciumi laki-laki itu? Kau tidak mau mengaku? (MINI TERDIAM IA BANGKIT BERDIRI DARI KURSINYA KARENA MELIHAT MINI TETAP DIAM) mengaku tidak? (MINI TETAO DIAM, DAN MELIHAT MINI SELALU DIAM, IA MENGEPALKAN TANGANNYA SAMBIL MUNCERENGKAN MATANYA) Hmmm.. kau mengaku ya? Kau menyangka bahwa perbuatan dosa itu dapat disembunyikan? Kau mengira, bahwa dosa itu dapat kau tutup dengan sebungkus mi goreng? (DAN IA LALU MELEMPARKAN PIRING MIE GORENG YANG DISIMPAN DI ATAS MEJA, LALU IA MENGHAMPIRI) di bawa ke hotel mana kau tadi? Dibawa ke hotel mana? (DAN LANTARAN MINI TETAP TERDIAM, TERUS SAUA IA MENCEKIK) Mini!Kau tadi disewa ya? kau di sewa untuk memuaskan orang lain!
HAMID          : (TIBA-TIBA) Hei! Hei! Ada apa ini? Isteri sendiri mau disiksa pula, seperti orang biadab saja.
SUMINTA      : Ini dia setannya (IA MELEPASKAN CEKIKKAN, DAN MENUNJUK-NUNJUK)
HAMID          : Nanti dulu, sabar dulu! Bicara dengan nafsu memang gampang.
SUMINTA      : Kau setan! Kau yang bikin gara-garanya!
HAMID          : Ya, ya, aku disebut setan boleh, disebut Tuhan juga boleh, sebab setan dan Tuhan itu cuman ada dalam kepala yang menyebutkannya. Tapi aku datang di sini tidak sembarangan. Aku mau membereskan. Tapi selama dalam fikiranmu masih ada setan, aku tidak akan memulai. Sebetulnya aku bukan kebetulan datang ke sini. Aku barusan didatangi Haji Salim. Dia berkata, bahwa dia tadi datang padamu dan mengatakan apa yand dia lihat tentang isterimu. Dan aku tahu siapa dia, orang selemah kau sudah pasti kena hasutannya.
SUMINTA      : Dia bukan meghasut (IA MEMBANTAH) dia menceriterakan apa yang dia lihat. Dan apa yang dia lihat itu membuktikan, bahwa kaulah penghasut, penjual isteri orang-orang
HAMID          : Nanti dulu! Kau masih saja cara dengan nafsu menuduh. Kau masih saja kena hasutan si tua bangka itu. Coba dengarkan dengan tenang. Kau tadi ada keinginan menyiksa isterimu sebenarnya karena apa? Karena isterimu kau anggap berdosa? Karena menurut perintah Tuhan orang berdosa itu mesti dihukum? Bukan! Bagiku kau hendak menyiksa isterimu karena kau gelap mata. Dan apa sebab kau gelap mata? Sebab pikiranmu sempit. Tapi apa sebab pikiranmu sempit? Sebab selama ini kau selalu kekurangan, selalu hidup dalam serba susah.
SUMINTA      : Sudah jangan banyak bual. Dari kau aku minta keterangan, bukan bualan.
HAMID          : Ya, ya, aku juga akan memberikan keterangan. Aku bukan Haji Salim yang berpikiran sempit, yang karena berpikiran sempit hanya becus menghasut. Aku akan memberikan keterangan yang seterang-terangnya. Suatu keterngan yang cukup tenang, bahwa isterimu itu bersih dari dosa dan beresih dari kesalahan. Kau kira isterimu melakukan perbuatan yang membuat kau gelap mata itu karena apa? Kau kira kaena dia berpikiran sempit seperti kau? Bukan! Tapi karena dia berpikir aktif, karena di dalam hidup serba kekurangan dia tidak mau tinggal diam. Dan untuk apa dia berbuat demikian? Untuk menutupu kekurangan dalam rumah tangga, supaya kekurangan itu tidak ada, supaya kamu berdua terlepas dari kekurangan yang selama ini menyebabkan kau terus-terusan berpikiran sempit. Coba pikir! Berdosakah dia? Patutkah dia dihukum? Kalau kau mau mencari siapa yang berdosa, kaulah sebenarnya yang yang berdosa. Berdosa karena mau menyiksa isteri sendiri yang notabene mempunyai hak yang sama dengan kau, tapi tidak pesimis seperti kau! Hmm... kau kira akan berbahagiakah hidup orang dalam rumah tangga yang ditegakkan dalam kecurangan? Itu dia kau peseimis terus, kapan kau akan mengubah cara berfikir? Akan menunggu dulu perintah dari Tuhan?
SUMINTA      : Sudah!! Tahu kau apa yang tersimpan dalam hatiku sekarang? Aku ingin membunuh kau, sebab kau sudah menghina aku.
HAMID          : E...e..e.. dalil-dalil si tua bangka Haji Salim rupanya masih saja bersarang dalam otakmu ya? membunuh orang memang gampang, sama gampanya seperti menghasut, menuduh dosa kepada orang lain. Yang sudah menolong orang, supaya rumah tangga orang tidak jadi sumber pesimisme.
SUMINTA      : Hhh... Monolong orang! Kau kira aku merasa ditolong dengan perbuatanmu sekeji itu? Kau kira isteriku itu isterimu juga yang boleh diperdagankan?
HAMID          : Siapa sih yang sudah memperdagangkan isteri orang? Kau kira isterimu itu apa? Benda yang mati? Kaulah benda yang mati, yang tidak ada daya sehingga hasutan seorang tua bangka semacam Haji Salim kau terima dengan begitu saja.
SUMINTA      : Aku percaya kepadanya. Lebih percaya dari pada kepada kau!
HAMID          : Itu hakmu. Bagiku, aku tidak minta kepercayaan dari kau. Sebab aku bukan seorang Haji yang suka sembahyang seperti dia. Aku Cuma minta pengertian dari kau. Kau boleh menuduh aku sudah mendagangkan isterimu, kau boleh menuduh aku sesuka hatimu. Tuduhan tinggal tuduhan. Tapi kau mesti mengerti, bahwa bagiku apa yang kulakukan itu adalah karena mengingat isterimu mempunyai hak yang sama dengan kau dalam hal menggunakan kesempatan, karenanya apa yang kulakukan itu, itu untuk kebaikan kamu berdua.
SUMINTA      : Aku tidak bisa terima!
HAMID          : Kalau kau tidak bisa menerima, itu terserah. Cuma dengan begitu jelaslah bagiku bahwa berlainan dengan isterimu, kau ini adalah benda yang mati. Dan terhadap benda yang mati aku tidak bisa bicara lagi. (LALU IA PERGI KELUAR)
SEPENINGGALNYA HAMID, SUMINTA TINGGAL DIAM DAN MINIPUN DIAM.DAN MEREKA TERDIAM SAMBIL SALING MEMBELAKANGI.
SUMINTA      : (SUARANYA MENGELUH) Aku jadi bertanya, siapa diantara kita yang mesti menghilang? Masing-masing dari kita mempunyai kebenaran yang salah bagi pihak lain. (IA TERDIAM LAGI) aku tidak menyangka, Mini. Sungguh aku tidak menyangka bahwa kau akan sampai hati membenarkan sesuatu kebenaran yang tidak bisa kubenarkan. Bertahun-tahun kita mendirikan rumah tangga. Bertahun-tahun pula rumah tanga yang kita dirikan itu kita pelihara, kita pupuk dengan cinta. Tiba-tiba sekarang.(DAN IA TERUS MENGELUH). Ya, aku mengerti, Mini aku mengerti apa sebab kau sampai hati mengerjakan ini semua. Kau mau menutupi kekurangan ongkos rumah tangga, bukan? Tapi tidak terpikir olehmu, Mini, tidak terpikir olehmu, bahwa sebenarnya kau sudah melumpuhkan aku?
MINI               : Hukumlah aku kak, hukumlah aku sesuka hatimu!
SUMINTA      : Tidak Mini. Bukan kau yang mesti kuhukum, tapi aku. Aku mesti menghukum diriku sendiri demi kebenaran orang lain yang tidak bisa kubenarkan. Tahum kau Mini, hukuman apa yang mesti kujatuhkan atas diriku sendiri? Aku sudah salah karena tidak mampu memberikan rumah tangga yang sempurna kepada seorang isteri yang kucintai. Tapi selain dari itu, aku juga tidak sanggup menghapus perasaan malu lantaran dihina oleh isteriku.
MINI               : Aku cinta padamu Kak, aku tidak mau melihat kau terus-terusan susah meikirkan kita berdua.
SUMINTA      : Aku juga mengerti, Mini. Kau mau menggunakan hakmu yang sama bukan? Tapi selama kau bernama manusia, dapatkah kau menghapus perasaan malu karena dihina? Aku tidak dapat, Mini. Karena itu aku harus menghapuskan diriku sendiri.
TIBA-TIBA HAJI SALIM DATANG SAMBIL ISTIGFAR
H. SALIM      : Sampai jadi aku yang istigfar, Minta! Kau kira menghapuskan diri itu apa? Aku sudah lama mendengarkan di luar. Tadinya aku tidak akan masuk. Tapi aku tidak tahan. Aku tidak tahan menyaksikan gelegat yang serupa ini. Seolah-olah dunia ini sudah kiamat saja. setelah isterimu berdosa, kau pula mau bunuh diri? Kau kira membunuh diri itu kau tidak lebih berdosa, tidak lebih bejat akhlak dari isterimu.
SUMINTA      : Saya tidak tahu siapa sebenarnya yang bersalah.
H. SALIM      : Kau tidak tahu? Kau tidak mau mengaku adanya kebenaran, bahwa isterimu yang bersalah melakukan jinnah? Ya Allah! Kemana dibuangnya akhlakmu, Minta? Kemana?
MINI               : Mang Haji, alangkah gampang Mang Haji melemparkan tuduhan jinah kepada saya.
H. SALIM      : Lantas? Kau mau mungkir? Kau tak akan mengaku, bahwa kau di ciumi laki-laki yang bukan muhrim di dalam mobil? Aku melihat itu semua, Mini, Aku melihat! Dan aku tahu apa pula yang tidak kulihat. Kau tadi dibawa kehote!
MINI               : Itu sangkaan!!..
H. SALIM      : Jadi kau mau bukti? Baik, aku tahu siapa laki-laki itu. Akan kubawa nanti dia kesini.
MINI               : Memang haji ini suami saya, mau banyak tutur campur?
H. SALIM      : Betul aku bukan suamimu, tapi waktu kau kawin secara apa? Secara islam, bukan artinya kau mengaku agama islam. Tapi sekarang larangan agama kau injak-injak dengan melakukan perbuatan jinah. Memengnya kau mengaku beragama islam hanya untuk kawin saja? sedang diluar waktu kawin kau bukan beragama islam? Itu suatu penghinaan, tahu? Suatu penghinaan terhadap setiap oerjuangan agama islam.
MINI               : Apa mang Haji pernah menymbang saya dalam kekurangan ongkos rumah tangga.
H. SALIM       : Apa? Maksudmu kau mau mengatakan, bahwa kau berbuat dosa karena kekurangan? Karena benda? Karena kau membenarkan faham si Hamid, itu orang kufur? Istriku juga kekurangan, tapi mereka tidak membuat dosa seperti kau, sebab mereka tidak bejat iman seperti kau!!.
                        MINI MENANGIS, TAPI HAJI SALIM TERUS SAJA MENINGGALKANNYA.
                        Minta! nanti aku kesini lagi.
SUMINTA YANG SEJAK TADI TERDIAM TINGGAL TETAP TERDIAM, DAM MINI TERUS MENANGIS.
MINI               : (MERATAP) Mengapa aku merasa dihina...... kak, kau tahu, bahwa orang lain tidak turut campur menghina aku.
UMINTA        : Memang sayang, Mini,.... sayang ada orang lain, orang lain dengan kebenarannya yang berlain-lain. Dan sebagai suamimu aku tidak berdaya melindungi kau, sebagai suami aku sudah kau hina dengan adanya itu orang lain!!.
MINI               : Kak..... (SERAYA MENGHAMPIRI  TAPI SUMINTA BURU-BURU MENJAUH).
SUMINTA      : Jangan kau dekat, Mini. Tah kau bagaimana fikiranku  kalau aku membayangkan apa yang sudah kau lakukan bersama denagn itu orang lain? Tahu kau? (MENDENGAR SEMUA ITU MINI MEJATUHAN DIRINYA KELANTAI SAMBIL MENAGIS).
NINI               : Aku tahu,Kak, Aku tahu. Hukumlah aku sesuka hatimu. Jangan orang lain yang menghukum aku.
SUMINTA      : Aku tidak ada hak menghukum kau, Mini, tapi akupun tidak ada hak untuk menahan kau untuk terus diam dirumah dengan Aku!!.
MINI               : Katakanlah, bahwa aku harus pergi sekarang juga, Kak (LALU DIA BANGKIT) aku pun akan rela pergi, sebab bagiku sudah terang, nahwa aku salah jalan. (DAN IA TERUS MEMANDANG SUMINTA, SUMINTA TETAP MEMBELAKANGI, LALU MINIPUN MASUK KAMAR, SEBENTAR KEMUDIAN IA KELUAR LAGI MEMBAWA KOPER, LALU IA TERUS MELANGKAH KELUAR) Kau, tahu kak, kau tahu, bahwa aku sudah tidak beribu tidak berbapak. Aku tidak tahu aku akan pergi. Tapi ketahuilah kak, bahwa aku rela menerima hukuman ini. MENDENGAR PERKATAAN DEMIKIAN. SUMINTA YANG DITINGGALKAN JADI BINGUNG. IA MENGGIGIT-GIGIT BIBIR, LALU IA MENYUSUL KELUAR.
SUMINTA      : Mini! ( DAN SEBENTAR KEMUDIAN MEREKA BERDUA SUDAH MUNCUL LAGI, TAPI MEREKA SALING TERDIAM DAN SALING BELAKANG MEMBELAKANGI). Mini, kau maafkan aku?
MINI               : Kau tetap kucintai kak, (SUARA SERAK).
SUMINTA      : Ya, kau cinta padaku, aku juga cinta padamu. Tapi kau sudah menghina aku, lantaran gajiku tidak cukup. Mini, akhirnya aku jadi menyesal, mengapa kita ini bukan anjing.
                        TIBA-TIBA DARI LUAR.
T.MINYAK    : Asalamualaikum.
MINI               : Oh,tukang minyak.(SETELAH MEMBUKAKAN PINTU) Tinggal berapayang belum di bayar? Lima rupiah lagi,bukan?
T.MINYAK    : Betul,neng.
MINI               : Saya bayar semuanya. Tapi saya ambil lagi, ya?
T.MINYAK    : Boleh, tentu saja boleh. Masakan orang yang bayar tidak dikasih lagi.
MINI               : Tunggu sebentar. Saya ambil botol dulu ( IA PERGI KE DAPUR DAN MELIHAT MINI PERGI KE DAPUR. SUMINTAPUN PERGI KEKAMAR KEMUDIAN MINI MUNCUL LAGI MEMBAWA BOTOL )
T. MINYAK   : Satu liter, neng ?
MINI               : Ya, dan ini uang yang lima rupiah ( MENGAMBIL BOTOL MINYAK DAN PERGI KEDAPUR, LALU IA MUNCUL LAGI MEMBAWA SAPU DAN MENYAPUKAN MIE YANG BERHAMBURAN DI LANTAI, TIBA-TIBA SUM DATANG MEMBAWA PERHIASAN ).
SUM               : Mini. tadi aku kesini. Kau tidak ada. Bagaimana dengan maksud kau membeli brosku ini ? jadi ?
MINI               : Berapa jadinya akan kau jual ?
SUM               : Murah, murah. Dua puluh rupiah.
MINI               : Tapi sayang, Sum , aku tidak ada uang.
SUM               : Itu perkara gampang, bisa kau bayar nanti habis bulan.
MINI               : ( IA BERFIKIR ). tidak,sum, aku tidak berani, bukan aku tidak mau memilikinya. Tapi....kami mesti menghemat pengeluaran Sum.
SUM               : Apa yang mesti dihemat, kalau setiap menerima gaji memangya sudah kekurangan dalam keadaan sekarang, mini, bukan kita mesti menghemat, sebab sudah tidak ada lagi yang mesti dihemat. Tahu kau yang mesti dilakukan? Lihat aku ! bagiku sekarang didunia ini mesti cakap bermain sandiwara. Kekurangan tinggal kekurangan, banyak hutang tinggal banyak hutang, tetapi badan kita mesti tetap berisi, tetap dihias, biar hiasan itu didapat dengan jalan memperbanyak hutang.
MINI               : Betul  Sum, tapi aku tidak berani.
SUM               : Jadi bros ini tidak jadi dibeli? Meskipun dimurahkan? Dan meskipun tidak kontan?
MINI               : Tawarkanlah pada orang lain, sum.
SUM               : Kau tidak akan menyesal ?
MINI               : Apa boleh buat. Kalu memang ada miliku,akhir-akhirnya aku akan memilikinya juga. ( SUM MENGELA NAFAS, LALU IA PERGI MENINGGALKAN MINI. KEMUDIAN MINI MENERUSKAN MEMBERSIHKAN LANTAI, DAN IA MASUK KEKAMAR DAN TIDAK MUNCUL LAGI )

Adegan V

                        ( DENGAN TERGOPOH-GOPOH HAJI SALIM DAN HAMID ITU DATANG LAGI, DAN MEREKA DATANG DENGAN DIGIRINGI SEORANG LAKI-LAKI MASIH MUDA BERMATA SERIGALA.)
HAMID          : Terlalu!sungguh terlalu Mang Haji ini. Soal tet-tek benget dibesar-besarkan Minta..( MINTA MUNCUL DARI KAMAR ) begini, inilah kelakuan mang haji. Maunya menghasut, terus menghasut. Sampai-sampai ia dibawa sama orang lain kesini.
H. SALIM      : Kau yang menghasut, kau memang kufur.justru aku datang lagi hendak membuktikan, bahwa kaulah biang keladinya. Minta, Inilah orang yang menciumi istrimu didalam mobil. Dia mengaku sudah membawa istrimu ke hotel, mana istrimu ?
HAMID          : Mang haji ! dari tadi saya sudah bilang, bahwa perbuatan semacam ini tidak perlu terjadi. Sekarang lihat itu suminta ! sudah selesu itu dia. Mengapa ditambah menghasut lagi ? ayo kembali!
H. SALIM      : Dihasut! Dihasut! Siapa yang menghasut ? aku tidak sudi, tahu ? aku tidak sudi ikut berdusa lantaran akumenutupi sesuatu perbuatan dosa yang menolok mata.kau sebagai orang kufur memangnya menginginkan supaya didunia ini lebih lebih banyak lagi orang kufur. Tapi aku tidak!
HAMID          : Enak saja kau membenarkan diri sendiri, menyalahkan orang lain. Dasar tua bangka.Tadinya aku tidak marah, tapi sekarang aku marah, tahu ? (DAN HAMID TERUS MENJEMBA BAJU HAJI SALIM DAN TERUS AKAN MEMUKUL, TAPI LAKI-LAKI BERMATA SERIGALA LANGSUNG TERTAWA.)
LAKI2 BS      : Apa ini semua? ribut perkara tai kebo !
HAMID          : kau lebih baik kembali saja, Din! Tak usah kau perdulikan omong kosng si tua bangka ini.
LAKI2 BS      : Kau kira pergiku kesini lantaran memperdulikan omongan orang lain? Kau tahu aku tidak terikat pada apapun juga.
HAMID          : Tapi untuk apa ? untuk apa kau datang kesini.
LAKI2 BS      : Pak tua ini bilang, aku mesti mengatakan apa yang terjadi tadi. Dan aku jawab baik. Bagaimana sekarang pak tua ? teruskan?
H. SALIM      : Mana istrimu?
SUMINTA      : Tidak perlu, saya sendiri sudah cukup.
HAMID          : Apa perlunya ini semua? Apa perlunya Din, kepadamu aku minta sekali lagi, aku minta supaya kau pergi dari sini.
LAKI2 BS      : Memang apa perlunya ? di dunia ini tidak ada apa-apa. Tapi orang goblok maunya riburibut.
H.SALIM       : Bukan makan perempuan, tapi saudara sudah menduri istri orang lain.
LAKI2 BS      : Istri orang lain ?! apa itu istri ? dan apa itu orang lain ? Aku hanya tahu, ada perempuan makanan saya.
H SALIM       : Tapi saudara suadah mengaku bukan? bahwa perempuan tadi dibawa ke hotel.Apa yang terjadi di dalam hotel ?
HAMID          : Sudah !tak perlu!! ( TAPI LAKI-LAKI ITU TERTAWA )
LAKI2 BS      : Apa yang aku lakukan? Tentu saja dia kubikin memuaskan hatiku.
SUMINTA      : Sudah! Sekarang aku bertanya : mau kau kawini dia ?
LAKI2 BS      : Apa? kawin?
SUMINTA      : Ya...( TANGANYA DIKEPALKAN ) kau mesti kawin dengan dia, itu tuntutan!! ( LAKI_LAKI ITU TERTAwa kembali )
LAKI2 BS      : Tuntutan? Ya, ya,ya, setiap orang boleh menuntut. itu sih kemaun.dan kemauan adalah kemauan! ( DAN MENDENGAR JAWABAN DEMIKIAN, SUMINTA YANG MENGEPALKAN TANGAN TERUS SAJA MENYERBU. DAN TERUS HENDAK MENYERBU/MENINJU. TAPI HAMID MENGHALANGI  DAN LAKI-LAKI BERMATA SERIGALAPUN CEPAT MUNDUR ) kau mau membunuh aku, ya? itulah manusia: bertanya berfikir, mencari, dan akhirnya mau membunuh. Hanya sedikit saja dengan binatang!
SUMINTA      : Pergi kau!pergi!
LAKI2 BS      : Tentu saja aku akan pergi dengan tanpa kau suruh lagi. Sebab aku bukan binatang lunak seperti kau. Selamat tinggal dalam kandang, kebo piaraan! ( LAKI-LAKI BERMATA SERIGALA ITU SENANG KELUAR ).
H. SALIM      : Nanti dulu! Jangan pergi dulu karna persoalan ini belum selesai.
LAKI2 BS      : Apa itu soal ? ( SAMBIL MELANGKAH PERGI KELUAR )kau kira ini apa menganggap dunia ada soal yang mesti dibereskan ? cih, kebo semua.
H. SALIM      : Audubillahimindalik! Sampai serusak itu ahlak manusia sekarang.
HAMID          : Dan kau sudah membawanya pula kesini, seperti kau ini hakim.
H. SALIM      : Memangnya aku mesti diam ? mesti kudiamkan setiap perbuatan dosa yang menyorot mata ? alangkah belum bejad seperti ahlak kamu, tahu ?
HAMID          : Siapa yang melakukan perbuatan dosa ? kau atau orang lain ? pikir dulu sebelum kau menuduh.yang salah itu bukan apa yang kau pikirkan. Tapi pikiranmu itu setumpuk benak dalam kepalamu, itulah yang salah. Sebab benakmu mengira bahwa perempuan tidak berhak menggunakan kesempata. Dan benakmu juga menyangka, bahwa di atas kepalamu itu ada tuhan yang memerintahkan mesti begini mesti begitu terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan orang lain.
H. SALIM      : Berani pula kau mengurus aku dengan is-me mu? Cih, kau kira aku ini siapa setelah menghasut orang lain, setelah mendagangkan istri orang lai, berani pula kau mengurus aku?
HAMID          : Aku tidak menghasut tua bangka ! kaulah yang menghasut. Kau dengan otakmu yang beku.
H. SALIM      : kufur ! kau kufur !
SUMINTA      : Sudah ! sudah ! kalian ini sebenarnya mau apa ? aku tidak tahu siapa diantara kalian yang mesti kusebut penghasut. Tapi aku minta supaya kalian berhenti, mengacau pikiranku.
H. SALIM      : Minta, kau mesti tahu Minta....
SUMINTA      : Sudah mang haji, saya sudah tidak mau lagi mendengar pendapat orang lain. Pendapat kalian memang ada yang mengandung kebenaran. Tapi kalian tidak merasakan apa yang orang lain rasakan, tidak merasakan apa yang kurasakan. Kepada kalian aku jadinya tidak mengerti.Sungguh, aku tidak mengert,  karena itu aku minta kalian meninggalkan aku.
H. SALIM      : Betul Minta, kau sudah tidak membutuhkan aku ? baik, kalu aku mesti pergi akupun pergi. ( DAN HAJI SALIMPUN ITU TERUS MELANGKAH AKAN KELUAR. TAPI KETIKA DILIHATNYA HAMID MASIH BERDIRI DIHADAPAN SUMINTA,IA BERHENTI MELANGKAH ). Buat apa kau masih berdiri, kufur ? emangnya mau semena-menanya kau menghasut ?( LALU IAPUN KELUAR ).

Adegan VI

                        ( SETELAH LAMA DUDUK SENDIRIAN, SUMINTA MEMANGGIL )
SUMINTA      : Mini!.....(MINI MUNCUL ) Mini, kau tahu betapa besar cintaku padamu. aku juga tahu betapa besar cintamu padaku. Baik kau, maupun aku akan merasa untuk bercerai, kaerna kita sudah melakukan perbuatan yang indah untuk dijadikan kenangan. Baik kau, maupun aku tidak mungkin bisa melupakan masa kita lalu, sebab masa kita yang lalu adalah kekayaan batin kita berdua. ( SAMPAI DISITU IA TERUS DIAM TAPI TIDAK LAMA KEMUDIAN ). Tapi tahu kau, Mini, tahu kau apa artinya kenangan yang indah bagi kita, kita gelap melihat ke hari ini ? keta jadi kehilangan kemerdekaan, mini. Kita jadi terombang –ambing, diombang-ambingkan keadaan. Karena itu Mini, karena itu aku ada pikiran lebih baik jadi manusia yang melihat hari depan dengan mata terbuka, daripada jadi manusia yang terikat kepada kenangan. Lebih baik menyerah kepada hari besok daripada terkubur oleh hari kemarin.Mengerti kau Mini ?
MINI               : Aku mengerti, kak, aku, aku mengerti...
SUMINTA      : Banyak Mini, banyak sekali orang yang ingin aku katakan. Tapi aku tidak tahu bagaimana mengatakanya,sudikah kau menolang aku, Mini ? menolong mengemas pakaianku kedalalam koper dan membawanya kesini ?
MINI               : Kak, kau kau kau mau kemana ? kau mau meninggalkan aku ?
SUMINTA      : Jangan bimbang Mini. Nanti kuterangkan.
                        ( SAMBIL MENYAPU-NYAPU MATA, MINI MASUK KEKAMAR DAN SEBENTAR KEMUDIAN IA MUNCUL LAGI SAMBIL MEMBAWA KOPER LALU DILETAKAN DI HADAPAN SUMINTA ) dengan koper ini, Mini, aku akan pergi meninggalkan kau.aku tahu, kita akan berpisah dengan hati yang remuk, lebih remuk dari tadi. Tapi aku harap, Mini, aku harap kau tidak lagi jadi istriku, kau akan melihat hari depanmu dengan mata terbuka, kuharap akan berbahagialah kau nanti di dalam menempuh hidaup bersama orang lain. Orang lain yang berlainan dengan aku, tapi mungkin juga berlebihan dengan aku.
MINI               : Tidak mungkin, kak, tidak mungkin.
SUMINTA      : Apa yang tidak mungkin.
MINI               : Tidak mungkin aku mencintai orang lain selain kau..
SUMINTA      : Sangkamu aku akan mudah mencintai orang lain dengan cinta yang pernah kukasihkan padamu? Tidak Mini, didalam saling memberikan cinta, kita tidak mesti mengikatkan diri kita. Mulai saat ini setiap dari kita adalah kepunyaan kita masing-masing. Kau adalah kepunyaanmu dan bukan kepunyaan siapapun juga. Mengerti kau Mini ? mulai saat ini kau adalah kepunyaamu, bukan kepunyaanku dan bukan kepunyaan siapapun juga.
                        ( MINI YANG MENYAPU MATA TIDAK MEMBALAS. DAM MELIHAT MINI TIDAK MEMBALAS SUMINTA TERUS SAJA MELANGKAH MEMBAWA KOPER).
SUMINTA      : Aku pergi Mini, ( TAPI SEBEUM MENGHULANG KELUAR ) selamat tinggal kekasihku ! aku pergi dengn perasaan sepi sendirian, tapi inilah pilihanku. ( DAN MINI YANG DITINGGALKAN HANYA BISA MENANGIS )
MINI               : Kak…( IA TERUS SAJA MENANGIS DAN MENANGIS)

SELESAI

Unsur Intrinsik Drama “Sayang Ada Orang Lain”
1. Tema
Mengandung tema kondisi ekonomi yang kekurangan. Terbukti pada:
Bagaimana tidak lesu, gaji pegawai rendah seperti saya ini sangat tidak seimbang dengan harga-harga di pasar. Gaji yang saya terima sekarang cuma bisa untuk hidup sepuluh hari saja, yang dua puluh hari mesti harus ditutup dengan utang, meminjam, kalau perlu menjual barang yang layak dijual … (dan seterusnya).
2. Amanat atau pesan moral
Pesan moral yang terkandung dari petikan naskah drama di atas di antaranya, yaitu seseorang harus bijaksana dalam menyikapi tuntutan kehidupannya. Terbukti pada:
Aku sudah beberapa kali menganjurkan supaya berubah cara berpikirmu. Kamu harus melihat realitas, berpikir yang dialektik. Mestinya kau tidak perlu pesimis dengan gajimu yang tidak cukup, tapi dengan gaji yang tidak cukup itu kamu harus bisa menggunakan kesempatan dalam segala cara, agar rumah tanggamu menjadi kuat.
3. Alur
Alur cerita pada naskah drama ini ialah maju.
4. Tokoh dan Penokohan
1. Tokoh utamanya, yaitu Suminto. Ia adalah tokoh yang paling banyak di ceritakan
2. Tokoh tambahannya, yaitu Sumini. Ia merupakan tokoh yang hanya muncul seikit dalam cerita.
3. Tokoh protagonisnya, yaitu Suminto. Ia merupakan tokoh yang baik dan pembangun alur dalam cerita.
4. Tokoh antagonisnya, yaitu Hamid. Ia merupakan yang memiliki kehendak berlawanan terhadap Suminto.
5. Tokoh sederhana, yaitu Suminto. Ia memiliki sifat yang baik dari awal hingga akhir cerita.
6. Tokoh statinya, yaitu Suminto. Ia merupakan tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi.
7. Tokoh sentralnya, yaitu suminto. Ia merupakan tokoh yang sangat potensial dalam menggerakkan alur.
8. Tokoh bawahannya, yaitu Hamid. Ia merupakan tokoh yang tidak begitu besar pengarunya terhadap perkembangan alur, walaupun ia terlibat juga dalam perkembangan aur itu.
   
Penokohan dalam drama Sayang Ada Orang Lain, karya Utuy Tatang Sontani yaitu:
1. Suminto, seorang lelaki yang jujur dan rajin. Kejujurannya ia tunjukkan dengan tidak mau melakukan tindakan korupsi sebagai seorang pegawai meskipun kehidupannya sangat sederhana dan kekurangan. Dan kerajinannya ia tunjukkun untuk terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan membayar orang-orang yang mengutangkan kepada istrinya.
2. Hamid, seorang lelaki yang baik. Hal ini ia tunjukkan dengan selalu menasehati Suminto untuk mengubah cara berpikirnya secara dialektik agar kehidupnya menjadi lebih baik.
3. Mini, seorang wanita yang taat pada suami dan boros. Ketaatannya ia tunjukkan pada saat mencium tangan berpamitan. Sedangkan keborosannya ia tunjukkan untuk selalu mengutang dan Suminto harus membayar utang-utangnya. 
5. Latar atau setting
·         Latar tempat
Latar tempat dari cerita dalam petikan naskah di atas yaitu rumah Suminto.
·         Latar waktu
Latar waktunya pagi dan siang hari.
·         Latar suasananya
a)      Aneh, suasana ketika Hamid melihat Suminto memakai kaus oblong dan sarung, sementara istri Suminto memakai pakaian bagus.
Hamid:        Lho aneh...! Istrinya perlente, Suaminya kayak gembel
b)     Pesimis, perasaan Suminto terhadap dirinya sendriri.
Suminto:    Hari minggu malah lebih memusingkan. Uang tak ada, malas mau pergi. Diam di rumah, banyak yang nagih utang.
Hamid:    Engkau selalu pesimis, Minto. Untung istrimu tidak.
c)      Lesu, suasana ketika Suminto mengeluh akan kehidupannya  yang sangat sederhana dan  kekurangan dan harus memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengutang.
Suminto:    Bagaimana tidak lesu, gaji pegawai rendahan seperti saya ini sangat tidak seimbang dengan harga-harga di pasar. Gaji yang saya terima sekarang hanya untuk hidup sepuluh hari saja, yang dua puluh hari mesti ditutupi dengan utang, kalu perlu menjual barang yang layak di jual. Kian lama utang bukan kian sedikit, pak Hamid, tapi makin menggunung. Aku bekerja bukan hanya untuk diriku dan istriku, atau biaya sekolah seorang anakku. Tapi semata-mata untuk mereka yang mengutangkan kepada istriku.
6. Dialog
Hamid:        Minto... Minto... kamu masih tidur di siang begini?
        (Sumini istri Suminto muncul dengan pakaian yang bagus)
        Suminto ada?
Sumini:    Mas... Mas... Ini ada pak Hamid!
        (Minto muncul dengan kaus oblong dan sarung).
Hamid:        Lho aneh...! Istrinya perlente, Suaminya kayak gembel.
Suminto:     Dia mau pergi, ada urusan
....
    Kutipan diatas disebut dialog karena percakapan itu dilakukan lebih dari dua orang. Kutipan teks drama diatas dapat disebut sebagai dialog karena diucapkan secara bergantian oleh tokoh Hamid, Sumini, dan Suminto.
7. Petunjuk Laku
Hamid:        Minto... Minto... kamu masih tidur di siang begini?
        (Sumini istri Suminto muncul dengan pakaian yang bagus)
        Suminto ada?
Sumini:    Mas... Mas... Ini ada pak Hamid!
        (Minto muncul dengan kaus oblong dan sarung).
Sumini:    Perempuan jangan disamakan dengan laki-laki pak Hamid. Silahkan duduk pak Hamid, saya mau pergi dulu, ada urusan.
    (mendekati Suminto, lalu mencium tangan berpamitan).
    Saya pergi dulu Mas!
    (Mini pergi keluar)
8. Bahasa
Bahasa yang digunakan pada dialog cerita itu, menggunakan bahasa-bahasa ketimur-timuran dengan tataran kalimat yang terdapat dalam setian sekuennya. Dan bahasa yang digunakan juga cukup tinggi, menandakan bahwa setiap tokoh dari cerpen itu adalah seorang yang cerdas.
      9. Struktur Dramatik
a.      Eksposisi
Di awali dengan pengenalan latar tempat yang digambarkan dengan sempit dan sesak. Dari keterbacaan saya, di awalnya cerita itu ingin memberitahu pembaca bahwa cerita tersebut bercerita tentang kemiskinan.
b.      Komplikasi
Awal konflik datang terlihat ketika Hamid dating ke rumah Suminta untuk meminjam raket. Hamid yang melihat kondisi keluarga Suminta mengajak Suminta untuk berkerja dengan mengambil jalan pintas agar bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Tetapi, Suminta menolak. Suminta mengacuhkan ajakan Hamid. Juga ada beberapa penagih hutang yang menagih kepada istri Suminta ketika Mini sedang tidak ada di rumah.
c.       Klimaks
Klimaks pada cerita itu terjadi ketika terjadinya pertengkaran antara Suminta dan Mini, semua tokoh yang ada di cerpen juga terlibat, seperti H. Salim, Hamid, dan juga laki-laki yang disebut-sebut sebagai selingkuhan Mini.
d.      Resolusi
Permasalahan mulai mereda ketika Suminta memerintahkan Mini mengemas pakaian Suminta, lalu Suminta memilih untuk meninggalkan Mini sendiri di rumah.
e.       Kesimpulan
Dari kesimpulan cerita yang didapat yaitu Suminta kecewa terhadap Mini karena Mini telah berbohong kepada Suminta.  
Unsur Ekstrinsik Drama “Sayang Ada Orang Lain”
1.      Latar Belakang Pengarang
Utuy Tatang Sontani dilahirkan di Cianjur pada tanggal 1 Mei 1920. Dramawan berdarah Sunda ini kelak di kemudian hari dikenal sebagai salah  seorang sastrawan Angkatan 45 terkemuka. Karyanya yang pertama adalah Tambera (versi bahasa Sunda 1937), sebuah novel sejarah yang berlangsung di Kepulauan Maluku pada abad ke-17. Karya-karya Utuy sejak awal memang selalu mencerminkan kecenderungan pikiran-pikirannya yang sangat rasional (penganut paham materialisme), menolak kekolotan dan menentang “idealisme-idealisme” yang tidak realistis tetapi juga dikenal sebagai penulis yang humanis. Dalam beberapa karya-karya (seperti Sayang Ada Orang Lain, Awal dan Mira, Bunga Rumah Makan) selain mencibir moralitas dan dogma agama, yang dimunculkan lewat tokoh-tokoh ustad. Utuy juga menentang dan melakukan pembelaan terhadap tokoh-tokoh yang mengalami eksploitasi secara stratifikasi sosial dan mereka yang menjadi korban ketidakadilan (manusia-manusia marjinal) yang dilakukan oleh orang-orang kaya. Lakon-lakon tersebut mengaris bawahi dampak-dampak psikologis orang-orang marjinal tersebut akibat tekanan dan himpitan materi tetapi di sisi lain, juga menegaskan pentingnya harkat kemanusiaan.

Pada 1 Oktober 1965 Utuy Tatang Sontani bersama sejumlah pengarang dan wartawan Indonesia menghadiri perayaan ‘1 Oktober’ di Beijing atas undangan pemerintah Tiongkok. Pecahnya G-30-S pada 1965 di Indonesia membuat mereka terlunta-lunta di tanah asing. Kembali ke Indonesia berarti ditangkap dan dituduh terlibat G-30-S, seperti yang dialami oleh begitu banyak kawan mereka. Situasi mereka semakin sulit ketika di RRC sendiri pecah Revolusi Kebudayaan pada 1966. Sebagian orang Indonesia yang terdampar di Tiongkok akhirnya memutuskan untuk meninggalkan negara itu dan pergi ke Eropa Barat dengan menumpang kereta api Trans Siberia. Sebagian dari penumpang ini berhenti di Moskwa, termasuk Utuy dan sejumlah kawannya, Kuslan Budiman, Rusdi Hermain, dan Soerjana, wartawan Harian Rakyat.
Secara epistemology drama berasal dari bahasa Yunani yaitu dramoi yang artinya berbuat, bertindak, dan beraksi. Secara umum pengertian drama adalah kisah yang didramatisasi dan ditulis untuk dipertunjukkan di atas pentas oleh sejumlah pemain. Drama memilki bahasa yang bersifat dialog. Macam-macam drama dapat ditinjau dari segi kualitas cakapnya, jumlah pelaku, media pementasannya, penonjolan unsur seninya, orisinalitas, kualitas waktu pementasannya, sikap terhadap naskah, tujuan penulisan, dan aliran seni yang dianut.

Sejarah drama sebagai tontonan sudah ada sejak zaman dahulu. Nenek moyang kita sudah memainkan drama sejak ribuan tahun yang lalu. Bukti tertulis yang bisa dipertanggungjawabkan mengungkapkan bahwa drama sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah drama kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa. Sejarah lahirnya drama di Indonesia tidak jauh berbeda dengan kelahiran drama di Yunani. Keberadaan drama di negara kita juga diawali dengan adanya upacara keagamaan yang diselenggarakan oleh para pemuka agama. Intinya, mereka mengucapkan mantra dan doa.

Sayang ada orang lain adalah salah satu naskah drama karya Utuy Tatang Sontani yang membahas tentang dinamika kehidupan sosial di era globalisasi ini. Penyajian bahasa yang digunakan dalam naskah drama “sayang ada orang lain” ini adalah bahasa-bahasa ketimur-timuran yang sederhana dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari tetapi bahasa yang digunakan juga cukup tinggi, sehingga. menandakan bahwa setiap tokoh dari teks naskah drama itu adalah seorang yang cerdas.

2.      Unsur yang paling menonjol  
konflik alamiah yang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga yaitu masalah kurangnya kebutuhan ekonomi. Hal ini dapat dibuktikan dengan keluhan Suminta:

“bagaimana takkan lesu kalu gaji tidak cukup.? Coba fikir.! Gaji buruh sekaraang sudah tidak seimbang lagi dengan harga-harga kebutuhan. Dengan yang kuterima sekarang sesungguhnya kami cuma bisa hidup sepuluh hari. Yang duapuluh hari lagi meski harus ditutupi dengan meminjam, menghutang, menggadaikan, kalau perlu menjual yang sudah ada. Dan keadaan ini bukan kian sedikit. Aku takut akhir-akhirnya aku akan bekerja bukan untuk aku dan istriku lagi. Tapi semata-mata untuk mereka yang menghutangkan”.

3.      Nilai-nilai yang terkandung
Nilai-nilai yang terkandung dalam drama Sayang Ada Orang Lain, karya Utuy Tatang Sontani, yaitu:

a)      Nilai Moral adalah penilaian moral terhadap para lakon yang ada dalam drama.  Dalam teks naskah drama “sayang ada orang lain” menggambarkan moral seorang istri yang yang menghormati suami, pada saat Mini hendak mau keluar ia mencium tangan suaminya terlebih dahulu. Seperti kutipan teks berikut :

MINI                :   Perempuan jangan disamakan dengan laki-laki bung Hamid, tapi duduk-duduklah meskipun tak ada yang disuguhkan. Aku akan pergi. Bukan kaarena ada tamu. Setadi aku juga mau pergi. Lalu ia mendapatkan Suminta sambil mencium dahi Suminta.

b)     Nilai Sosial terletak pada peran utama yaitu Suminta. Pemikiran Suminta yang sangat bijaksana walaupun dalam kehidupannya sangat miskin dan serba kekurangan tetapi Suminta tidak melakukan korupsi. Serta dukungan seorang sahabat yang tidak menganjurkan untuk korupsi dalam menyesaikan masalah keuangan, masih banyak cara yang bisa dilakukan dengan tidak korupsi. 

SUMINTA      :   lantas.? Aku musti korupsi untuk menutupi kekuranganku sekarang.? Musti melakukan perbuatan curang.

HAMID          :   Siapa yang menganjurkan untuk korupsi.? Aku tidak menganjurkan untuk korupsi. Tapi aku menganjurkan supaya kau berfikir dialektis. Dengan berfikr demikian, kau tidak akan melihat behwa melakukan perbuatan dengan mengubah keadaan itu salah atau benar. Tapi kau akan menganggap bahwa perbuatan itu suatu kemestian, kemestian untuk hidup tidak kekurangan, supaya fikiran-fikiran jahat tidak timbul. Mengerti kau.? Tapi sudahlah.! Datangku ke sini sebenarnya ada perlu. Aku mau pinjam raket badmintonmu.

c)      Nilai Agama terletak pada kejujuran Haji Salim yang menyampaikan apa adanya tentang perilaku istri Suminta pada laki-laki yang bukan mukrimnya. Tokoh Haji Salim juga sangat menjunjung tinggi nilai agama dan selalu menerapkan nilai-nilai agama.

HAJI SALIM :   Ya, naik mobil tidak salah. Aku juga mau naik mobil. Tapi apa yang kamu katakan kalau dalam mobil itu dia diciumi laki-laki.? Aku sampai gemetar melihatnya, Minta. Lihat tanganku masih gemetar. Dan ia melihatkan tangannya yang gemetar. Aku hampir tidak percaya, Demi Alloh, aku hampir tidak percaya, bahwa ia diciumi laki-laki yang bukan muhrim itu istrimu, istri tetanggaku sendiri. Ya, Alloh...! Mengapa Tuhan memberi cobaan seberat ini.?

d)     Nilai Ekonomi terletak pada kehidupan Suminta dan istrinya yang serba kekurangan dan harus mengutang kesana kemari untuk hidupnya selama ini.

SUMINTA      :   Bagaimana takkan lesu kalu gaji tidak cukup.? Coba fikir.! Gaji buruh sekaraang sudah tidak seimbang lagi dengan harga-harga kebutuhan. Dengan yang kuterima sekarang sesungguhnya kami cuma bisa hidup sepuluh hari. Yang duapuluh hari lagi meski harus ditutupi dengan meminjam, menghutang, menggadaikan, kalau perlu menjual yang sudah ada. Dan keadaan ini bukan kian sedikit. Aku takut akhir-akhirnya aku akan bekerja bukan untuk aku dan istriku lagi. Tapi semata-mata untuk mereka yang menghutangkan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar