Kamis, 26 Desember 2019

Resensi Puisi "Kupanggil Namamu" karya W.S Rendra


ANALISIS PUISI

Kupanggil Namamu
Karya: W.S Rendra

sambil menyeberangi sepi
kupanggil namamu wanitaku
apakah kau tak mendengarku

malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
karena memberontak terhadap rumah
memberontak adat yang latah
dan akhirnya terkoda cakrawala

sia-sia kucari pancaran sinar matamu
ingin ku ingat bau tubuhmu
yang kini sudah ku lupa
sia-sia
tak ada yang bisa kujangkau
sempurnalah kesepianku

angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi
dan dua belas ekor srigala
muncul dari masa silam
merobek hatiku yang celaka

berulang kali kupanggil namamu
dimana engkau wanitaku
apakah engkau menjadi maa silamku
kupanggil namamu
kupanggil namamu
karena engkau rumah di lembah
dan Tuhan?
Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sedia kala
hanya memperdulikan hal yang besar saja

seribu jari dari masa silam
menuding kepadaku
tidak
aku tak bisa kembali
sambil terus memanggil namamu
amarah pemberontakan yang suci
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri kecakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku
penuh dan perawan

keheningan sesudah itu
sebegai telaga yang beku dan akupun beku ditepinya
wajahku lihatlah wajahku
terkaca dikeheningan
berdarah dan luka-luka'
dicakar masa silamku


Unsur Fisik
1.     Tipografi
Perwajahan puisi berupa baris-baris yang tidak memenuhi permukaan kertas. Penyusunan baris teratur, berawal dari batas kiri yang rata tanpa ada bait atau baris yang menjotok ke dalam.
2.     Citraan/Imaji
·        Citraan gerakan (Kinestik)
sambil menyeberangi sepi
memeluk jiwaku yang payah
sia-sia kucari pancaran sinar matamu
tak ada yang bisa kujangkau
menyerang langit dan bumi
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri kecakrawala
dicakar masa silamku

·         Citraan penglihatan (Visual)
sia-sia kucari pancaran sinar matamu
muncul dari masa silam
amarah pemberontakan yang suci
yang sebagai gadis telanjang
wajahku lihatlah wajahku

·         Citraan pendengaran (Auditif)
kupanggil namamu wanitaku

·         Citraan perabaan (Taktil)
merobek hatiku yang celaka


·         Citraan penciuman
ingin ku ingat bau tubuhmu

3.     Rima
·         Rima Terus
malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang paya
h
yang resa
h
karena memberontak terhadap ruma
h
memberontak adat yang lata
h

4.     Diksi
Diksi pada puisi Ws. Rendra ini menggunakan diksi pada baris pertama pada kata  “Menyebrangi” lebih mampu mendukung curahan isi hati penulis dibandingkan jika memakai kata “Melewati/merasakan”. Lalu pada baris terakhir pada kata “ Dicakar” lebih mendukung dibanding dengan  kata “Dihampiri”.

5.     Kata Konkret
Terbukti pada baris sempurnalah kesepianku. Kata sempurna mengonkretkan sesuatu yang benar-benar utuh, komplit, dan lengkap segalanya, sehingga dapat menggambarkan bahwa yang dirasakan si penyair

6.     Majas
·        Metafora
sambil menyeberangi sepi
malam yang berkeluh kesah
dan menghamburkan diri kecakrawala
·        Personifikasi
seribu jari dari masa silam
menuding kepadaku
·        Hiperbola
wajahku lihatlah wajahku
terkaca dikeheningan
berdarah dan luka-luka'
dicakar masa silamku


Unsur Batin
1.     Tema
Tema puisi Kupanggil Namamu adalah ungkapan kerinduan mendalam seseorang kepada sang kekasih. Akan tetapi sang kekasih telah bersama orang lain dan itu membuat si Aku menjadi sangat terluka dan mengingatkan nya kembali pada masa silam.
2.     Rasa
Sang penyair menyikapi kerinduan nya dengan penuh rasa sakit dan menusuk perasaan.
3.     Nada
Sikap penyair tehadap si pembaca adalah acuh tak acuh, penyair hanya menceritakan atau menulis puisi ini seolah-olah utuk kekasihnya, tamba menggurui, menasehati ataupun memarahi pembaca.
4.     Amanat
Jangan pernah menyia-nyiakan perjuangan seseorang. Jika tidak bisa membalasnya sebaiknya tetap menghargai apa yang telah seseorang perjuangan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar