ANALISIS PUISI
Kupanggil Namamu
Karya: W.S Rendra
sambil menyeberangi sepi
kupanggil namamu wanitaku
apakah kau tak mendengarku
malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
karena memberontak terhadap rumah
memberontak adat yang latah
dan akhirnya terkoda cakrawala
sia-sia kucari pancaran sinar matamu
ingin ku ingat bau tubuhmu
yang kini sudah ku lupa
sia-sia
tak ada yang bisa kujangkau
sempurnalah kesepianku
angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi
dan dua belas ekor srigala
muncul dari masa silam
merobek hatiku yang celaka
berulang kali kupanggil namamu
dimana engkau wanitaku
apakah engkau menjadi maa silamku
kupanggil namamu
kupanggil namamu
karena engkau rumah di lembah
dan Tuhan?
Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sedia kala
hanya memperdulikan hal yang besar saja
seribu jari dari masa silam
menuding kepadaku
tidak
aku tak bisa kembali
sambil terus memanggil namamu
amarah pemberontakan yang suci
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri kecakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku
penuh dan perawan
keheningan sesudah itu
sebegai telaga yang beku dan akupun beku ditepinya
wajahku lihatlah wajahku
terkaca dikeheningan
berdarah dan luka-luka'
dicakar masa silamku
kupanggil namamu wanitaku
apakah kau tak mendengarku
malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
karena memberontak terhadap rumah
memberontak adat yang latah
dan akhirnya terkoda cakrawala
sia-sia kucari pancaran sinar matamu
ingin ku ingat bau tubuhmu
yang kini sudah ku lupa
sia-sia
tak ada yang bisa kujangkau
sempurnalah kesepianku
angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi
dan dua belas ekor srigala
muncul dari masa silam
merobek hatiku yang celaka
berulang kali kupanggil namamu
dimana engkau wanitaku
apakah engkau menjadi maa silamku
kupanggil namamu
kupanggil namamu
karena engkau rumah di lembah
dan Tuhan?
Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sedia kala
hanya memperdulikan hal yang besar saja
seribu jari dari masa silam
menuding kepadaku
tidak
aku tak bisa kembali
sambil terus memanggil namamu
amarah pemberontakan yang suci
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri kecakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku
penuh dan perawan
keheningan sesudah itu
sebegai telaga yang beku dan akupun beku ditepinya
wajahku lihatlah wajahku
terkaca dikeheningan
berdarah dan luka-luka'
dicakar masa silamku
Unsur
Fisik
1.
Tipografi
Perwajahan puisi berupa baris-baris
yang tidak memenuhi permukaan kertas. Penyusunan baris teratur, berawal dari
batas kiri yang rata tanpa ada bait atau baris yang menjotok ke dalam.
2.
Citraan/Imaji
·
Citraan gerakan (Kinestik)
sambil menyeberangi sepi
memeluk jiwaku yang payah
sia-sia kucari pancaran sinar matamu
tak ada yang bisa kujangkau
menyerang langit dan bumi
menyerang langit dan bumi
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri kecakrawala
dan menghamburkan diri kecakrawala
dicakar masa silamku
·
Citraan penglihatan (Visual)
sia-sia kucari pancaran sinar matamu
sia-sia kucari pancaran sinar matamu
muncul dari masa silam
amarah pemberontakan yang suci
amarah pemberontakan yang suci
yang sebagai gadis telanjang
wajahku lihatlah wajahku
wajahku lihatlah wajahku
·
Citraan pendengaran (Auditif)
kupanggil namamu wanitaku
kupanggil namamu wanitaku
·
Citraan perabaan (Taktil)
merobek hatiku yang celaka
merobek hatiku yang celaka
·
Citraan penciuman
ingin ku ingat bau tubuhmu
ingin ku ingat bau tubuhmu
3.
Rima
·
Rima
Terus
malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
karena memberontak terhadap rumah
memberontak adat yang latah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
karena memberontak terhadap rumah
memberontak adat yang latah
4.
Diksi
Diksi pada puisi
Ws. Rendra ini menggunakan diksi pada baris pertama pada kata
“Menyebrangi” lebih mampu mendukung curahan isi hati penulis dibandingkan jika
memakai kata “Melewati/merasakan”. Lalu pada baris terakhir pada kata “
Dicakar” lebih mendukung dibanding dengan kata “Dihampiri”.
5.
Kata Konkret
Terbukti pada baris “sempurnalah kesepianku”. Kata
sempurna mengonkretkan sesuatu yang benar-benar utuh, komplit, dan lengkap
segalanya, sehingga dapat menggambarkan bahwa yang dirasakan si penyair
6.
Majas
·
Metafora
sambil menyeberangi sepi
malam yang berkeluh kesah
dan menghamburkan diri kecakrawala
·
Personifikasi
seribu jari dari masa silam
menuding kepadaku
·
Hiperbola
wajahku lihatlah wajahku
terkaca dikeheningan
berdarah dan luka-luka'
dicakar masa silamku
terkaca dikeheningan
berdarah dan luka-luka'
dicakar masa silamku
Unsur Batin
1.
Tema
Tema puisi
Kupanggil Namamu adalah ungkapan kerinduan mendalam seseorang kepada sang
kekasih. Akan tetapi sang kekasih telah bersama orang lain dan itu membuat si
Aku menjadi sangat terluka dan mengingatkan nya kembali pada masa silam.
2.
Rasa
Sang penyair
menyikapi kerinduan nya dengan penuh rasa sakit dan menusuk perasaan.
3.
Nada
Sikap penyair
tehadap si pembaca adalah acuh tak acuh, penyair hanya menceritakan atau
menulis puisi ini seolah-olah utuk kekasihnya, tamba menggurui, menasehati
ataupun memarahi pembaca.
4.
Amanat
Jangan pernah menyia-nyiakan perjuangan seseorang. Jika tidak
bisa membalasnya sebaiknya tetap menghargai apa yang telah seseorang perjuangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar