Resensi Novel “Ronggeng
Dukuh Paruk”
Judul Buku: Ronggeng Dukuh Paruk
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: Gramedia
Pustaka Utama
Halaman: 397
Ketebalan Buku: 2,5 cm
Tahun Terbit: 1982
Ringkasan:
Pada tahun 1946,
sebagian besar warga Dukuh Paruk meninggal dunia akibat keracunan tempe
bongkrek. Dukuh paruk merupakan sebuah
dukuh yang kecil dan menyendiri. Dukuh paruk mempunyai seorang moyang Ki
Secamenggala yang dulunya sebagai bromocorah tetapi setelah meninggal
orang-orang dukuh paruk pun memuja kuburanya. Bahkan kuburanya pun menjadi
kiblat kebatinan mereka. Dukuh Paruk sangat khas dengan keseniannya
yang berupa ronggeng dan calung. Bagi mereka, hidup tanpa kesenian tersebut
terasa hambar. Seorang ronggeng dapat menjadi ronggeng sejati apabila roh inang
masuk ke dalam tubuhnya. Namun, ronggeng di dukuh paruh telah lama mati.
Di dukuh itu, terdapat sepasang kakek-nenek memiliki
cucu, bernama Srintil, bocah yang baru berusia sebelas tahun yang mempunyai masa lalu yang menyedihkan,
akan tetapi Serintil mempunyai suatu kelebihan yang tak jarang dimiliki oleh
orang-orang yaitu menari selayaknya seorang ronggeng. Orang tua Srintil telah lama meninggal
akibat keracunan tempe bongkrek.
Suatu ketika ada tiga anak laki-laki
sedang mencabut sebatang singkong di tanah kapur mereka adalah Rasus, Warta dan
Dasun setelah singkongnya telah tercabut mereka pun sibuk mengupasinya dengan
gigi mereka, seketika itu mereka melihat Serintil yang sedang asik menari
sambil mendendang beberapa buah lagu kebangsaan Ronggeng lalu mereka pun
menghampiri serintil dan ikut menari bersamanya. Ketiga anak tersebut menjadi
sahabat Srintil. Mereka sering bermain bersama. Mereka
sangat suka
melihat Srintil menari dengan gemulai.
Kehadiran Srintil mampu menghidupkan kembali citra Dukuh
Paruk yang telah lama hilang. Meskipun Srintil masih
kecil, ia mampu menari layaknya seorang ronggeng. Sakarya, kakek Srintil, yakin
bahwa indang ronggeng yang direstui arwah Ki Secamenggala telah merasuk pada
tubuh cucunya.
Sakarya, kakek Srintil yakin jika cucunya mampu
mengembalikan citra Dukuh Paruk. Ia sangat
menyayangi Srintil apalagi
semenjak meninggalnya orang tua Serintil, kakeknya lah yang merawatnya. Pada
waktu itu Sakarya pun mengikuti gerak-gerik Serintil ketika menari, sungguh
sangat bangganya ketika melihat Serintil menari. Dan kakeknya pun berpendapat
bahwa serintil telah dirasuki oleh Indang Ronggeng.bercerita dan meminta tolong kepada
Kartareja, lelaki sebayanya yang menjadi dukun ronggeng, ahli guna-guna, dan
dapat membuat seorang ronggeng menjadi laris.
Untuk menjadi ronggeng. Srintil harus dimandikan di depan
cangkup makam Ki Secamenggala dan menyerahkan keperawanannya kepada laki-laki
yang mampu memberi sejumlah uang.
Sejak kecil, Rasus menaruh hati kepada Srintil. Saat
mengetahui Srintil akan menjadi ronggeng, ia cemburu karena Srintil akan
menjadi milik umum. Ketika Dower dan Sulam berusaha memperebutkan keperawanan
Srintil, Srintil justru memilih menyerahkan keperawanannya kepada Rasus. Rasus
pun tidak dapat menolak. Tetapi, setelah itu Srintil menjauh darinya dan ia
merasa kehilangan.
Rasus memutuskan untuk pergi ke Desa Dawuan. Saat itu
perampokan sedang merajalela. Rasus memutuskan untuk bergabung dengan
sekelompok tentara dibawah pimpinan Sersan Slamet. Ketika karirnya meningkat,
ia dan Kopral Pujo ditugaskan untuk menjaga keamanan terhadap perampokan di
Dukuh Paruk. Rasus dan Kopral Pujo berhasil melemahkan para perampok yang
sedang menjalankan aksinya di rumah Kartareja. Selama beberapa hari Rasus
tinggal bersama Srintil di rumah neneknya. Ketika Srintil meminta Rasus supaya
menjadi suaminya, laki-laki itu menolak karena dirinya telah bersumpah untuk
meninggalkan keramatnya dan ronggeng di Dukuh Paruk.
Komentar:
Kelebihan dari novel ini digambarkan begitu
jelas bagaimana pola pikir masyarakat sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi. Sedangkan
kekurangan dari novel ini ialah banyak kata kata seronok
dan kasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar