Resensi Novel “Hujan”
Judul
buku : Hujan
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama
Tebal Halaman : 320 halaman
Ukuran : 13,5 x 20 cm
ISBN : 978-602-03-2478-4
Ringkasan:
Novel Hujan ini menceritakan tentang
kisah dua tokoh utamanya yang bernama Lail dan Esok. Itu semua berawal dari
Lail seorang gadis sederhana yang hanya tinggal di panti sosial yang ingin sekali
menghilangkan ingatannya. Ia dibantu Elijah, sang terapis. Lail mengunjungi
tempat terapis. Elijah juga menanyakan mengapa Lail ingin menghilangkan
ingatannya, ternyata Lail ingin melupakan hujan. Karena hujanlah yang memulai
kisah panjang tentang Lail. Hujan juga selalu turun di masa gelapnya.
Delapan tahun yang lalu, 21 Mei 2042.
Bayi ke sepuluh miliar lahir ke dunia. Letusan gunung Purba terjadi dengan
sangat dahsyat, menyemburkan material vulkanik yang menghancurkan apa saja
dalam radius ribuan kilometer. Letusan itu tak disangka berhasil mengurangi
jumlah penduduk di dunia hanya dalam waktu hitungan menit. letusannya ini hanya
menyisakan 10% manusia di bumi dan juga mengacaukan iklim serta cuaca bumi.
Lail yang waktu itu masih berusia 13
tahun, mendadak sebatang kara. Laila
harus
kehilangan ibunya di depan matanya sendiri. Ayahnya bekerja di dekat pusat
letusan sehingga bisa dipastikan bahwa Lail tidak akan bertemu lagi dengan
ayahnya. Letusan itu telah merenggut nyawa kedua orang tuanya. Kedua orang
tuanya meninggal dalam kejadian yang tak terlupakan oleh dunia.
Takdir membawa
Lail bertemu dengan Esok atau yang bernama lengkap Soke Bahtera
ini merupakan anak muda yang jenius dan pintar serta baik. Esok ialah Laki-laki yang
menyelamatkan Lail dari
reruntuhan tangga kereta api bawah tanah. Esok masih berusia 15 tahun saat itu. Pada usia 16 tahun harus
pindah ke ibukota melanjutkan sekolah dan berhasil menciptakan mobil terbang
yang pertama.
Esok sudah lama kehilangan ayahnya, dan
setelah bencana itu, Esok pun kehilangan ke-4 kakaknya. Sementara ibu Esok
mengalami luka yang cukup parah, sehingga kedua kakinya harus diamputasi.
Ia dan Lail berteman sangat dekat
semenjak kejadian itu, Esok pun menjadi sosok kakak untuk Lail, yang kelak ia
akan menjadi sosok yang sangat berharga bagi Lail. Mereka berteman dan
menjadi sangat dekat hingga ternyata Lail mempunyai perasaan.
Suatu hari ada kabar jika Esok akan
diadobsi oleh orang kaya, hal itu membuat Lail sedih. Mereka harus berpisah,
entah kapan akan bertemu lagi, tak ada yang tahu pasti. Nasib memisahkan mereka
berdua. Walaupun demikian, merekah masih tetap saling menghubungi, masih
tetap saling bertukar kabar.
Sementara Lail masuk ke panti sosial,
tempat penampungan anak-anak seusianya. Di Panti Sosial inilah Lail bertemu
dengan Maryam, gadis kecil yang akan menjadi sahabat baik Lail. Maryam seorang anak yang memiliki
selera humor, berjiwa sosial, dan memiliki cita-cita yang kuat. Di panti sosial
mereka diasuh oleh seorang ibu yang tegas dan ketus. Di panti sosial inilah
Lail dan Maryam tumbuh dewasa dan mengejar angan mereka yang sempat mereka
tepis jauh karena bencana dahsyat itu. Maryam pun menjadi tempat baru bagi Lail
untuk berbagi harinya, untuk berbagi kisah hidupnya.
Singkat cerita, Maryam tahu bahwa Lail punya perasaan untuk
Esok. Maryam sering menggoda Lail tentang kedekatannya bersama Esok.
Belakangan, Lail juga terlihat cemburu ketika Maryam menyebut-nyebut nama Claudia -
adik angkat Esok.
Semakin hari, Esok semakin sulit dihubungi karena
kesibukannya berkuliah dan mempersiapkan kelulusan.
Suatu hari Esok memberitahu Lail bahwa dia sedang dalam
proyek pembuatan kapal yang bertujuan untuk membawa manusia keluar dari bumi
karena semenjak letusan gunung supervolcano itu, keadaan bumi semakin parah dan
tidak layak lagi menjadi tempat hidup untuk manusia.
Esok juga membocorkan rahasia bahwa tidak semua orang boleh
naik ke kapal itu. Esok memberitahu Lail bahwa dirinya hanya punya satu
tiket karena Esok sendiri adalah teknisi yang punya peranan penting dalam
pembuatan kapal itu. Sisa tiketnya dipilih secara acak oleh mesin. Hanya mereka
yang punya gen terbaik yang boleh ikut. Selebihnya mau tak mau harus tetap
tinggal di bumi.
Suatu ketika, Lail bertemu dengan walikota. Walikota meminta
Lail untuk memberikan tiket miliknya kepada Claudia - adik angkat Esok. Mengapa
walikota meminta demikian padahal Lail tidak punya tiket apa-apa? Ternyata,
walikota tahu bahwa Esok ternyata punya dua tiket. Tambah lagi,
Walikota juga sudah tahu bahwa Esok akan memberikan satu tiket kepada orang
yang dia cintai - Lail. Itulah mengapa walikota meminta Lail untuk
mengorbankan tiket miliknya.
Lail tidak menjawab apa-apa karena dia tidak tahu-menahu
tentang dua tiket milik Esok. Hanya Esok yang tahu tentang hal itu. Lagipula,
sejauh ini belum ada kabar apa-apa dari Esok karena dia tidak bisa dihubungi.
Sehari sebelum kapal berangkat walikota menemui Lail kembali untuk
mengucapkan terima kasih kepada Lail. Esok akhirnya mau memberikan tiketnya
untuk Claudia. Padahal Lail pernah membahas masalah tiket dengan Esok. Lail
sendiri juga masih belum ada menerima kabar dari Esok,. Apakah Esok memang
lebih memilih Claudia?
Akhirnya Lail mengambil kesimpulannya sendiri bahwa sesungguhnya Esok
memang lebih mencintai Claudia daripada dirinya. Benar apa kata Maryam. Lail
pun patah hati.
Ternyata dugaan mereka salah! Esok tidak bisa dihubungi karena dia
sedang sibuk membuat kloning otaknya. Memang satu tiket itu diberikan untuk
Claudia, karena Esok tidak ikut naik ke kapal itu. Ia memilih untuk
tinggal bersama Lail, orang yang dia cintai. Begitu mendengar kabar tentang
Lail ingin terapi menghilangkan ingatan, Esok langsung pergi mengejarnya ke
tempat terapi.
Komentar:
Novel ini memiliki kelebihan membuat pembacanya menebak-nebak isi dari
ceritanya. Plot-twist nya juga diluar dugaan. Dan kekurangan novel ini ialah
tokoh Lail yang terkesan lemah dan tidak berinisiatif apa-apa serta cengeng.
Dengan tegar Lail menjalani hidupnya,
waktu berlalu begitu cepat. Hari berganti hari, iklim pun terus berubah. Lail
beranjak tumbuh dewasa, sambil terus menerka-nerka: kan kemana ujung kisah
hidupnya akan bermuara.
Segala pahit manis kehidupan telah di
laluinya, berjuta memori mengisi hari-hari Lail. Tentang kebahagiaan, tentang
kesedihan, tentang pertemuan, tentang perpisahan, tentang cinta, tentang hujan.
Semuanya berkelanyut di kepala Lail. Sehingga membuat Lail
sedih, bingung dan merasa sesak, yang akhirnya Lail nekat menemui dokter ahli
saraf untuk menghapus sebagian ingatannya, yakni ingatannya tentang hujan,
terutama tentang Esok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar