Resensi Novel “Sepatu Dahlan”
Judul
:Sepatu Dahlan
Penulis :Khrisna Pabichara
Penerbit :Noura books ( PT Mizan Publika )
Ketebalan Buku :392 hlm
Tahun Terbit :Mei 2012
Penulis :Khrisna Pabichara
Penerbit :Noura books ( PT Mizan Publika )
Ketebalan Buku :392 hlm
Tahun Terbit :Mei 2012
Ringkasan:
Dahlan Iskan ialah
lelaki berasal remaja berasal dari kebon Dalem. Kebon Dalem ialah sebuah
kampong kecil yang terletak di Magetan, Jawa Timur, dengan enam buah rumah atau
sebut saja gubuk, yang letaknya saling berjauhan. Tempat itu didomisili
masyarakat kurang mampu. Terdapat banyak pepohonan besar. Disana masyarakatnya
mayoritas bekerja sebagai buruh dan petani. Ada juga beberapa petak sawah yang
ditanami padi atau jagung, tetapi tak seberapa dibanding tebu-tebu yang
tingginya kini sudah nyaris dua setengah
meter. Di ladang-ladang tebu itu, kehidupan Dahlan Iskan berlangsung.
Perekonomian keluarganya
yang kurang mampu, tidak menyurutkan
niat Dahlan untuk bersekolah di Sekolah Rakyat (SR). karena baginya, kemiskinan
bukan penghalang untuk menuntut ilmu. Dahlan Iskan mempunyai mimpi yang
sederhana, yaitu memiliki sepatu dan sepeda. Namun, mimpinya seketika musnah karena
himpitan ekonomi keluarganya. Sejak kecil kedua orang tuanya selalu menekankan
bahwa hidup miskin bukan berarti harus meminta-minta untuk dikasihani,
melainkan harus dihadapi dengan bekerja dan berusaha. Tak jarang juga Dahlan
hanya meminum teh bahkan berpuasa untuk menahan lapar.
Masa-masa
terberat dalam hidupnya yaitu ketika ibunya sakit. Ia hanya hidup berdua dengan
adiknya tanpa makanan sedikit pun. Perih karena rasa lapar seringkali
dialaminya, sampai-sampai ia dan adiknya harus melilitkan sarung di perutnya
untuk menahan perih lambungnya karena lapar.
Pernah suatu
hari, Dahlan berniat mencuri tebu milik salah seorang warga. Namun gagal karena
tertangkap oleh pemiliknya. Kabar Dahlan tertangkap mencuri tebu terdengar oleh
sang kakak. Lalu sang kakak berpesan kepada Dahlan “Ojo mlarat, yang
penting tetap jujur!” (Kita boleh miskin harta, tapi kita tidak boleh miskin
iman), kata itulah yang membuat Dahlan berniat tidak akan mencuri lagi.
Keadaan
semakin berat ketika ibunya meninggal dunia akibat penyakit liver.
Dahlan menyadari hidup tanpa seorang ibu bukanlah hal yang mudah. Ia berusaha untuk
mengukir prestasi di sekolahnya di Tsanawiyah Takeran. Ia berhasil menjadi
kapten voli dan juga terpilih menjadi pengurus Ikatan Santri Pesantren Takeran.
Karena tidak memiliki sepatu, selama ini ia bermain voli tanpa alas kaki
apapun. Untuk mewujudkan mimpinya memiliki sepatu, Dahlan mengumpulkan uang
melalui hadiah dari kemenangannya di pertandingan voli dan juga pekerjaannya
sebagai pelatih voli. Hingga akhirnya mimpi Dahlan terwujud untuk mempunyai
sepatu dan sepeda.
Dahlan Iskan ini
ialah orang yang selalu giat berusaha dalam menghadapi berbagai rintangan dan
ganasnya kehidupan. Semua usaha yang ia lakukan sejak kecil ternyata membuahkan
hasil yang berlimpah. Danlan yang sejak kecil memiliki keterbatasan ekonomi,
kini ia berhasil merubah nasib dalam hidupnya sekaligus sebagai penyedia
lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Komentar:
Kelebihan buku
ini terdapat pada gaya bahasanya
yang sederhana, tidak bebelit-belit sehingga mudah dimengerti. Dan kekurangan buku ini terdapat pada penggunaan alur. Penulis menggunakan
alur maju di setiap babnya,
namun alur antar bab tidak
menentu (maju-mundur).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar