Resensi Kumpulan Cerpen “Menghardik
Gerimis”
Judul Buku: Menghardik Gerimis
Penulis: Sapardi Djoko Damono
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama
Tebal: VI + 96
Sapardi Djoko Darmono terkenal sebagai
penulis puisi, novel, essai, dan cerita pendek. Beberapa kumpulan cerita pendek
beliau diterbitkan. Buku pertama ialah kumpulan cerpen dengan Judul Sepatu Tua,
dan kemudian dilanjut dengan terbitnya kumpulan cerpen berjudul Menghardik
Gerimis.
Ringkasan:
Kisah ini dibuka melalui cerpen pertamanya yang berjudul Menghardik Gerimis dengan latar cerita
seorang perempuan cantik dan suaminya yang menyukai hujan namun mereka memiliki
perbedaan. Perempuan cantik itu tidak suka bila suaminya menghardik gerimis. Padahal
suaminya itu sangat mencintai hujan.
“Kalau hujan sekalian tidak
apa-apa, aku suka,” (Halaman 3)
Setiap mendengar suara rintik-rintik di pohon ataupun genteng, lelaki
itu sangat membencinya. Ia mempunyai alasan tersendiri mengapa ia membenci
gerimis. Sebab, basahnya gerimis membuat lelaki itu patah tulang karena
terpleset di lantai beranda. Bagi suaminya, gerimis itu selalu jatuh
pelan-pelan, diam-diam, tidak memberi tahu, dan membasahi lantai. Tidak seperti
hujan yang jatuhnya selalu terus terang dan jelas suaranya.
Sang istri yang sedang mengandung bayi tujuh bulan itu, khawatir jika
suaminya akan membenci anaknya layaknya membenci hujan. Ia berharap anaknya
terlahir dengan jenis kelamin perempuan yang lembut dan berwatak santun seperti
gerimis.
Selanjutnya cerpen berjudul Jalan Lurus.
Cerpen ini menceritakan tentang apa yang dirasakan jalan lurus itu setiap
hari. Sebenarnya jalan ini merasa tidak suka dengan dirinya sendiri yang tidak
boleh berbuat lain selain terus-menerus lurus. Orang-orang yang menamakannya
jalan lurus.
Cerpen ketiganya berjudul Surat.
Menceritakan tentang surat berwarna merah jambu yang diberikan Seno pada
perempuan yang ia cintai. Surat itu diberi lipatan langit didalamnya. Tetapi perempuan
itu ingin menghancurkan serpihan langit itu supaya tidak ada bayang-bayang Seno
di kehidupannya.
Perempuan itu juga sudah menghayati cintanya, tanpa perlu diberikan
potongan langit itu. Perempuan itu khawatir dengan penderitaan yang akan
dirasakan potongan langit itu yang diselipkan di lipatan kertas surat.
Alhasil, surat dan potongan langit itu ia sobek dan dibakar. Ia lakukan
itu agar langit yang indah kembali seperti sedia kala. Walaupun perempuan itu
merasa menjadi pengkhianat yang telah memusnahkan cinta dan segalanya yang
telah Seno berikan kepadanya.
Kemudian ada cerpen berjudul Untuk
Elisa, yang menceritakan tentang lelaki yang setiap malam selalu menemani
seorang gadis bermain piano di dalam bangunan di sebuah kampus. Lelaki itu
hanya menemani saja tanpa diminta.
Gadis itu selalu memainkan Fur Elise mahakarya Beethoven. Lelaki itu
tidak pernah menanyakan mengapa gadis itu selalu memainkan lagu itu.
Selanjutnya, cerpen berjudul Sungai,
yang menceritakan tentang seseorang yang bersahabat dengan sungai. Ia mencintai
kelokan sungai itu. Ketika dipandang dari atas, seperti lukisan abstrak. Ia juga
mengagumi suara riciknya serta terpesona dengan gemuruh suara airnya yang
terjun dari ketinggian.
Komentar:
Kelebihan dari kumpulan cerpen Menghardik Gerimis ini ialah bahasanya
menarik dan mudah dimengerti. Sebab, menggunakan bahasa sehari-hari. Serta membuat
ceritanya itu seolah-olah hidup dan bernyawa di dalam kehidupan kita. Seperti versi
pandangan sebuah benda jika benda itu hidup. Misalnya saja cerpen Jalan Lurus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar