Senin, 23 Desember 2019

Resensi Puisi "Serenada Hijau" karya W.S Rendra

ANALISIS PUISI

Serenada Hijau
Karya: W.S Rendra
Kupacu kudaku
Kupacu kudaku menujumu
Bila bulan
menegur salam
dan syahdu malam

bergantung di dahan-dahan


Menyusuri kali kenangan

yang berkata tentang rindu
dan terdengar keluhan
dari batu yang terendam

Kupacu kudaku

Kupacu kudaku menujumu
Dan kubayangkan
sedang kautunggu daku
sambil kaujalin

rambutmu yang panang 

Unsur Fisik
  • Tipografi
Pada puisi ini Rendra membut puisi dengan tipografi huruf besar di awal kalimat, dan menggunakan tanda baca.
  • Kata Kongkrit
Bait ke-1
Kupacu kudaku
Memiliki kalimat yang pola kalimatnya terbalik (inversi). Pada bait tersebut, kalimat “Kupacu kudaku” seharusnya ditulis dengan pola “Kudaku kupacu”.
Mungkin yang dimaksud kuda dalam sajak ini adalah salah satu anggota tubuh tokoh si aku sendiri dengan segenap tenaga dan kekuatan yang ia miliki untuk mencapai apa yang ia mau atau bisa juga diartikan sebagai sebuah alat transportasi yang memiliki daya tahan yang kuat.

Bait ke-2
Kupacu kudaku menujumu
Terdapat kalimat pengulangan (repitisi) pada bait sebelumnya yang merujuk pada kalimat bait pertama “Kupacu kudaku” dan terdapat tambahan “menujumu” yang berfungsi sebagai penekanan makna kalimat.

Bait ke-3, ke-4, ke-5, dan ke-6
Bila bulan
menegur salam
dan syahdu malam
bergantung di dahan-dahan
Pada bait ke-3, terdapat kata “bila” yang menjelaskan keterangan waktu. Kemudian keterangan waktu pada bait ke-3 dijelaskan pada bait ke-4, bait ke-5 dan bait ke-6. Pada bait ke-4, bait ke-5, dan bait ke-6 menjelaskan bahwa waktu yang terjadi adalah malam hari. Pada bait ke-6 ditemukan penggunaan majas personifikasi pada “bergantung”.

Bait ke-7
Menyusuri kali kenangan
Pada bait ini, menjelaskan keterangan tempat yang merujuk pada sosok “aku” yang mengacu kudanya pada malam hari menyusuri sungai yang sebelumnya oleh aku menjadi tempat yang pernah menjadi saksi bisu aku dalam percintaannya sehingga menjadi tempat kenangan.

Bait ke-8, bait ke-9, dan bait ke-10
yang berkata tentang rindu
dan terdengar keluhan
dari batu yang terendam
Bait ke-8 menegaskan isi pada bait sebelumnya. Bait ke-9 dan bait ke-10 juga menegaskan isi yang terdapat pada bait sebelumnya yang menjelaskan keterangan tempat. Terdapat majas personifikasi pada bait ke-9 yang merujuk pada bait ke-10, yaitu pada kalimat “terdengar keluhan dari batu yang terendam”. Pada kalimat tersebut menjelaskan bahwa batu yang terendam seakan-akan hidup dengan adanya keluhan-keluhan yang didengar aku. Batu yang dimaksud dalam sajak ini lebih mendekati ke suara hati si aku yang terendam atau dipendamnya selama ini.

Bait ke-11
Kupacu kudaku
Terdapat kalimat repitisi atau pengulangan kalimat kembali yang menjadi penegas pada sajak ini bahwa kalimat “kupacu kudaku” merupakan hal yang penting pada sajak ini. Kalimat repitisi pada bait ini merujuk total terhadap bait ke-1, artinya kalimat pada bait ke-1 diulang sepenuhnya pada bait ke-11.


Bait ke-12
Kupacu kudaku menujumu
Terdapat kalimat repitisi kembali pada bait ini yang merujuk pada bait ke-2. Repitisi total ini menunjukkan bahwa kalimat ini merupakan hal yang penting sehingga terdapat beberapa kali pengulangan atau penegasan.

Bait ke-13, bait ke-14, bait ke-15, dan bait ke-16
Dan kubayangkan
sedang kautunggu daku
sambil kaujalin
rambutmu yang panjang
Keempat bait ini menjelaskan bahwa aku (dalam perjalananya) sedang membayangkan wanita yang dijemputnya menunggu dengan menjalin rambut panjangnya.
·         Citraan/ Imaji
a)      Citraan Penglihatan; terdapat pada bait terakhir yang berbicara tentag si kau lirik yang sedang menunggu sambil menjalin rambutnya yang panjang dalam bayangan si aku lirik

Dan kubayangkan
sedang kautunggu daku
sambil kaujalin
rambutmu yang panjang

b)      Citraan Perasaan; terdapat pada larik ke-8 dan ke-9 yang berbicara rindu dan keluh

yang berkata tentang rindu
dan terdengar keluhan

·         Diksi
Dalam puisi ini penyair menggunakan diksi berdasarkan maknanya, yaitu kata-kata yang bermakna konotasi

1. Kupacu kudaku
Pemaknaan: semangat yang menggebu
Makna dasar : menambah kecepatan kuda

2. Batu yang terendam
Pemaknaan: dari hati yang paling dalam
Makna dasar : batu yang berada di dalam air

3. Bila Bulan menegur salam
Pemaknaan : malam telah tiba

4. syahdu malam bergantung di dahan-dahan
Pemaknaan: di keheningan malam

·         Rima
Rima yang terdapat pada puisi Serenada Hijau berfungsi untuk membentuk keindahan bunyi yang diwujudkan dengan pengulangan-pengulangan bunyi pada kalimat yang terdapat pada beberapa larik
Kupacu kudaku
Kupacu kudaku menujumu

·         Majas
1.  Repetisi
Terdapat pada dua larik awal yang diulang pada larik ke-11 dan larik ke-12;
Kupacu kudaku
Kupacu kudaku menujumu


2.      Personifikasi
Terdapat pada bait pertama;
Bila bulan
Menegurkan salam

Dan bait kedua;
Menyusuri kali kenangan
yang berkata tentang rindu
dan terdengar keluhan
dari batu yang terendam

Unsur Batin
·         Tema
Seranada Hijau merupakan sajak yang berisi tentang percintaan.
Serenada merupakan bagian dari kakawin-kawin (dalam sastra Jawa Kuno) yang berisi tentang asmara.
Kakawin-kawin adalah dendang lagu tentang perkawinan yang terdiri atas romansa dan kealtaran.
Serenada Hijau termasuk dalam kakawin-kawin romansa.
·         Amanat
Seseorang yg bertujuan seperti mengejar suatu tujuannya dan ia tidak akan pernah berhenti sampai ia bisa
·         Perasaan/Rasa
Perasaan dalam puisi itu ialah penuh kerinduan dan penuh semangat mengejar sesuatu yang diinginkan dan diimpikan.
·         Nada dan Suasana
Nada dalam puisi itu adanya penekanan sehingga menimbulkan keindahan tersendiri dalam pengulangan bunyi. Suasana yang ditimbulkan dari puisi tersebut ialah penuh semangat.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar