ANALISIS PUISI
Serenada
Hijau
Karya:
W.S Rendra
Kupacu kudaku
Kupacu kudaku menujumu
Bila bulan
menegur salam
dan syahdu malam
bergantung di dahan-dahan
Menyusuri kali kenangan
yang berkata tentang rindu
dan terdengar keluhan
dari batu yang terendam
Kupacu kudaku
Kupacu kudaku menujumu
Dan kubayangkan
sedang kautunggu daku
sambil kaujalin
rambutmu yang panang
Kupacu kudaku menujumu
Bila bulan
menegur salam
dan syahdu malam
bergantung di dahan-dahan
Menyusuri kali kenangan
yang berkata tentang rindu
dan terdengar keluhan
dari batu yang terendam
Kupacu kudaku
Kupacu kudaku menujumu
Dan kubayangkan
sedang kautunggu daku
sambil kaujalin
rambutmu yang panang
Unsur
Fisik
- Tipografi
Pada puisi ini Rendra membut puisi
dengan tipografi huruf besar di awal kalimat, dan menggunakan tanda baca.
- Kata Kongkrit
Bait ke-1
Kupacu kudaku
Memiliki kalimat yang pola
kalimatnya terbalik (inversi). Pada bait tersebut, kalimat “Kupacu kudaku”
seharusnya ditulis dengan pola “Kudaku kupacu”.
Mungkin yang dimaksud kuda dalam sajak ini adalah salah satu anggota tubuh tokoh si aku sendiri dengan segenap tenaga dan kekuatan yang ia miliki untuk mencapai apa yang ia mau atau bisa juga diartikan sebagai sebuah alat transportasi yang memiliki daya tahan yang kuat.
Mungkin yang dimaksud kuda dalam sajak ini adalah salah satu anggota tubuh tokoh si aku sendiri dengan segenap tenaga dan kekuatan yang ia miliki untuk mencapai apa yang ia mau atau bisa juga diartikan sebagai sebuah alat transportasi yang memiliki daya tahan yang kuat.
Bait ke-2
Kupacu kudaku menujumu
Terdapat kalimat pengulangan (repitisi)
pada bait sebelumnya yang merujuk pada kalimat bait pertama “Kupacu kudaku” dan
terdapat tambahan “menujumu” yang berfungsi sebagai penekanan makna kalimat.
Bait ke-3, ke-4, ke-5, dan ke-6
Bait ke-3, ke-4, ke-5, dan ke-6
Bila bulan
menegur salam
dan syahdu malam
bergantung di dahan-dahan
menegur salam
dan syahdu malam
bergantung di dahan-dahan
Pada bait ke-3, terdapat kata “bila”
yang menjelaskan keterangan waktu. Kemudian keterangan waktu pada bait ke-3
dijelaskan pada bait ke-4, bait ke-5 dan bait ke-6. Pada bait ke-4, bait ke-5,
dan bait ke-6 menjelaskan bahwa waktu yang terjadi adalah malam hari. Pada bait
ke-6 ditemukan penggunaan majas personifikasi pada “bergantung”.
Bait ke-7
Bait ke-7
Menyusuri kali kenangan
Pada bait ini, menjelaskan
keterangan tempat yang merujuk pada sosok “aku” yang mengacu kudanya pada malam
hari menyusuri sungai yang sebelumnya oleh aku menjadi tempat yang pernah
menjadi saksi bisu aku dalam percintaannya sehingga menjadi tempat kenangan.
Bait ke-8, bait ke-9, dan bait ke-10
Bait ke-8, bait ke-9, dan bait ke-10
yang berkata tentang rindu
dan terdengar keluhan
dari batu yang terendam
dan terdengar keluhan
dari batu yang terendam
Bait ke-8 menegaskan isi pada bait
sebelumnya. Bait ke-9 dan bait ke-10 juga menegaskan isi yang terdapat pada
bait sebelumnya yang menjelaskan keterangan tempat. Terdapat majas
personifikasi pada bait ke-9 yang merujuk pada bait ke-10, yaitu pada kalimat
“terdengar keluhan dari batu yang terendam”. Pada kalimat tersebut menjelaskan
bahwa batu yang terendam seakan-akan hidup dengan adanya keluhan-keluhan yang
didengar aku. Batu yang dimaksud dalam sajak ini lebih mendekati ke suara hati
si aku yang terendam atau dipendamnya selama ini.
Bait ke-11
Bait ke-11
Kupacu kudaku
Terdapat kalimat repitisi atau
pengulangan kalimat kembali yang menjadi penegas pada sajak ini bahwa kalimat
“kupacu kudaku” merupakan hal yang penting pada sajak ini. Kalimat repitisi
pada bait ini merujuk total terhadap bait ke-1, artinya kalimat pada bait ke-1
diulang sepenuhnya pada bait ke-11.
Bait ke-12
Bait ke-12
Kupacu kudaku menujumu
Terdapat kalimat repitisi kembali
pada bait ini yang merujuk pada bait ke-2. Repitisi total ini menunjukkan bahwa
kalimat ini merupakan hal yang penting sehingga terdapat beberapa kali
pengulangan atau penegasan.
Bait ke-13, bait ke-14, bait ke-15, dan bait ke-16
Bait ke-13, bait ke-14, bait ke-15, dan bait ke-16
Dan kubayangkan
sedang kautunggu daku
sambil kaujalin
rambutmu yang panjang
sedang kautunggu daku
sambil kaujalin
rambutmu yang panjang
Keempat bait ini menjelaskan bahwa aku (dalam perjalananya)
sedang membayangkan wanita yang dijemputnya menunggu dengan menjalin rambut
panjangnya.
·
Citraan/ Imaji
a)
Citraan
Penglihatan; terdapat pada bait terakhir yang berbicara tentag si kau lirik
yang sedang menunggu sambil menjalin rambutnya yang panjang dalam bayangan si
aku lirik
Dan kubayangkan
sedang kautunggu daku
sambil kaujalin
rambutmu yang panjang
sedang kautunggu daku
sambil kaujalin
rambutmu yang panjang
b)
Citraan Perasaan;
terdapat pada larik ke-8 dan ke-9 yang berbicara rindu dan keluh
yang
berkata tentang rindu
dan terdengar keluhan
dan terdengar keluhan
·
Diksi
Dalam puisi ini penyair
menggunakan diksi berdasarkan maknanya, yaitu kata-kata yang bermakna konotasi
1. Kupacu kudaku
Pemaknaan: semangat yang
menggebu
Makna dasar : menambah
kecepatan kuda
2. Batu yang terendam
Pemaknaan: dari hati yang
paling dalam
Makna dasar : batu yang
berada di dalam air
3. Bila Bulan menegur
salam
Pemaknaan : malam telah
tiba
4. syahdu malam
bergantung di dahan-dahan
Pemaknaan: di keheningan
malam
·
Rima
Rima
yang terdapat pada puisi Serenada Hijau berfungsi untuk membentuk keindahan
bunyi yang diwujudkan dengan pengulangan-pengulangan bunyi pada kalimat yang
terdapat pada beberapa larik
Kupacu kudaku
Kupacu kudaku menujumu
Kupacu kudaku menujumu
·
Majas
1.
Repetisi
Terdapat pada dua larik
awal yang diulang pada larik ke-11 dan larik ke-12;
Kupacu kudaku
Kupacu kudaku menujumu
2. Personifikasi
Terdapat
pada bait pertama;
Bila
bulan
Menegurkan
salam
Dan
bait kedua;
Menyusuri
kali kenangan
yang
berkata tentang rindu
dan
terdengar keluhan
dari
batu yang terendam
Unsur Batin
·
Tema
Seranada
Hijau merupakan sajak yang berisi tentang percintaan.
Serenada
merupakan bagian dari kakawin-kawin (dalam sastra Jawa Kuno) yang berisi
tentang asmara.
Kakawin-kawin
adalah dendang lagu tentang perkawinan yang terdiri atas romansa dan kealtaran.
Serenada
Hijau termasuk dalam kakawin-kawin romansa.
·
Amanat
Seseorang
yg bertujuan seperti mengejar suatu tujuannya dan ia tidak akan pernah berhenti
sampai ia bisa
·
Perasaan/Rasa
Perasaan dalam puisi itu
ialah penuh kerinduan dan penuh semangat mengejar sesuatu yang diinginkan dan
diimpikan.
·
Nada
dan Suasana
Nada dalam puisi itu
adanya penekanan sehingga menimbulkan keindahan tersendiri dalam pengulangan
bunyi. Suasana yang ditimbulkan dari puisi tersebut ialah penuh semangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar